Asal Mula Tragedi Sampit
Latar Belakang
1. kasus pencurian ayam oleh seorang warga suku Madura yang ditangkap dan dianiaya oleh warga masyarakat suku melayu.
2. Peristiwa berkembang dengan bergabungnya ratusan warga suku Madura dan menyerang warga suku Melayu yang berakibat 3 orang suku Melayu meninggal dunia dan 2 orang luka-luka.
3. Akibatnya terjadi saling balas membalas antara warga suku Melayu dibantu suku Dayak menghadapi warga suku Madura dalam bentuk perkelahian, penganiayaan dan pengrusakan.
4. Selain itu terjadi pula kasus perkelahian antara kenek angkot warga suku Melayu dengan penumpang angkot warga suku Madura yang tidak mau membayar ongkos.
5. Peristiwa ini adalah kejadian yang kesepuluh sejak tahun 1977 dan juga pernah terjadi terhadap etnis yang lain.
dihimpun dari berbagai sumber, menurut sebuah milis disebutkan bahwa :
“Peristiwa tertangkapnya seorang warga Madura dari Kec. Tebas yang ketahuan akan mencuri Motor di Desa Parit Setia Kec. Jawai, sedangkan dua temannya lagi berhasil meloloskan diri, tersangka tersebut sebelum diserahkan kepada pihak aparat sempat dipukuli oleh warga setempat. Pihak keamanan kemudian menyerahkan tersangka ke keluarganya (di Desa Rambaian) tetapi pihak tersangka tidak menerima atas perlakuan warga tersebut dan indikasi akan melakukan pembalasan. Peristiwa ini terjadi kira-kira akhir Ramadhan 1419 H.
Tanggal 19 Januari 1999 di Desa Parit Setia
Penyerbuan orang Madura ke Perkampungan Melayu dengan 3 truk berisi 300 orang yang menelan korban 3 orang, dua orang melayu, 1 Dayak Mu’alaf. 1 orang mati di tempat, 2 meninggal di rumah sakit. Setelah peristiwa tersebut diadakan upaya damai dengan mediator camat , namun pihak melayu merasa tidak puas sebab penyerbuan tersebut dianggap di tolerir tanpa hukuman yang berarti. Oknum yang terlibat langsung dalam penyerangan tersebut yang dianggap sebagai tertuduh setelah disidik menurut saksi korban ternyata bukan pelaku sesungguhnya dan hingga saat ini pelakunya masih misteri. Pihak melayu meminta para pelaku seluruhnya ditindak tetapi pelaku yang ditangkap hanya 1 orang yakni anak kades yang mempunyai truk sedangkan dari pihak melayu ditangkap (diamankan sebanyak 8 orang kesemuanya mengaku sebagai penganiaya pencuri motor.
Tanggal 26 Januari 1999, Singkawang
Forum Komunikasi Pemuda Melayu (FKPM) dibentuk.
Tebas, 21 Februari 1999
Seorang warga Madura berinisial Rd turun dari Bis jurusan Pontianak Kertayasa di Semparuk dengan tidak membayar ongkos sehingga Kenek yang Warga Melayu marah. Sore harinya warga Madura menghadang si kenek yang berasal dari Semparuk diterminal Semparuk kemudian kel.madura menikam kernet melukai jari tangan dan kaki kanannya. Melihat kejadian itu warga Melayu yang berada di terminal tersebut menghampiri dan mengeroyok si Pelaku penikaman hingga tewas. Kemudian si kenek yang segera dilarikan ke rumah sakit meninggal .sore itu juga terjadi pembakaran rumah-rumah yang dilakukaan oleh Warga Melayu. Dari peristiwa tersebut warga Dayak di Sungai Kelambu mulai ikut terlibat pembakaran bahkan bertindak sebagai motor penggerak. Perlu diketahui bahwa Kepala Suku Dayak Sungai Kelambu menjadi korban orang Madura pada peristiwa Sanggau Ledo 1997.
Pemangkat, 1 Maret 1999
Terjadi penganiayaan terhadap 6 orang pekerja buruh jalan dari warga madura, 4 orang meninggal 1 orang meninggal diantaranya meninggal di tempat dan 2 orang lolos
Desa Lonam Kec. Pemangkat
Seorang ibu melayu ditakut-takuti dan dikejar oleh sekelompok Madura kemudian warga Melayu di sekitar Lonam yang tadinya tidak ingin terlibat akhirnya membakar rumah-rumah orang madura di desanya (dalam peristiwa ini tidak ada korban jiwa karena penduduknya telah diungsikan). Pembakaran menjalar ke jalur lintas pemangkat. Adanya penyulutan di mana pihak Madura menantang pihak melayu dengan ucapan bahwa orang melayu tidak akan melawan orang Madura kalau tidak didukung orang dayak, salah satu cara pembakaran dengan cara disediakan obat nyamuk yang sudah menyala, sebatang korek api dan sebotol bensin yang diletakkan berdekatan dengan sasaran, yang beberapa saat kemudian terjadi kebakaran yang tidak diketahui siapa pelakunya(PROVOKATOR????? takut …)
Pemangkat (Desa Prapakan)
Pihak madura melakukan pencegatan di jalur lintas Pemangkat khususnya Desa Prapakan. Salah seorang korban warga Batak seorang pensiunan Guru dimana isterinya warga Dayak mobilnya dibakar dan diisukan ada korban jiwa dalam pembakaran tersebut orang Melayu (Pemuda-pemuda yang sebagian besar pengangguran) melakukan pembakaran yang membabi-buta yang didukung warga Dayak.
Pemangkat, 17 Maret 1999
Terjadi pembakaran serentak di beberapa Desa.
Selakau, 17 Maret 1999
Terjadi tabrak lari di pasar Selakau oleh orang Madura, tersangka lari dan tertangkap oleh masa dan dianiaya sampai meninggal. Masa spontan berkumpul mencapai kurang lebih 1.000 orang sedangkan aparat sedikit dan masa bergerak ke beberapa arah melakukan aksi pembakaran rumah yang sudah ditinggalkan oleh penghuninya (Madura) sore harinya terjadi pembunuhan orang Madura yang baru datang dari Laut setelah 4 hari mencari ikan di laut saat orang tersebut hendak menjual ikannya. Selanjutnya pembakaran massal terjadi pula di Desa Mentibar sampai di daerah pegunungan Selindung.
Samalantan, 17 Maret 1999
Menyusul terjadinya kabar pembunuhan 1 orang Dayak di Pemangkat oleh orang Madura orang-orang Dayak membakar pemukiman warga Madura yang telah ditinggalkan penghuninya, pasukan Dayak diisukan menyerang kota Singkawang, hal ini dipicu oleh isu meninggalnya seorang warga Dayak di Desa Prapakan. Terjadinya pencegatan oleh orang Madura dimana 1 orang Dayak terbunuh dan otomatis jalur Samalantan ditutup.
Sanggau Ledo, 17 Maret 1999
Adanya pembakaran pemukiman Madura karena adanya berita terbunuhnya orang Dayak di Pemangkat (warga Madura telah diungsikan ke pasir Panjang sebelum pembakaran). Tersebar isu Dayak Pedalaman akan turun ke kota Singkawang namun aparat sudah siap siaga dan dapat diblokade di kompi Batalyon 641 Beruang Hitam, Dayak kembali dan mengambil jalan lain ke daerah bukit Batu.
Kamis dinihari tanggal 18 Maret 1999 terdengar letupan pistol, kabarnya dayak datang kembali namun berhasil diblokade oleh pasukan keamanan.
19 Maret 1999,
Dayak Pedalaman sudah memasuki batas blokade keamanan, tawar-menawar tidak dapat diatasi kemudian aparat memerintahkan kepada penduduk Madura (khususnya wanita dan anak-anak untuk mengungsi). Aparat menyiapkan truk dan diangkut ke Pasir Panjang ada sebagian warga yang mendapati orang Dayak Pedalaman yang pergi ke Desa untuk membeli rokok dengan membawa uang yang cukup banyak.
Singkawang
Pemukiman Madura yang semula tidak ada tanda-tanda akan dijadikan lahan pembakaran sudah mulai dikosongkan tetapi masih ada juga yang tetap terutama di daerah yang dekat kantor atau markas keamanan. Berkembang isu juga bahwa aksi dayak ini disulut oleh terjadinya pemboman kapal pasukan Dayak oleh pasukan Artileri ABRI di sungai Selakau beberapa waktu sebelumnya.
Sedau
Pada awal kejadian di daerah-daerah lain terjadi, warga Melayu Sedau tidak terlalu terpancing dan sebagian tokoh masyarakat mengharapkan agar tidak terjadi seperti di daerah lain, tetapi karena ada hasutan dari warga Melayu daerah lain diantaranya dengan mengirim celana dalam maka wargapun terhasut dengan berencana membakar pemukiman Madura. Maka warga Madura diungsikan ke Singkawang dan Pontianak dan upaya penyerbuan atau pembakaran dapat diatasi oleh aparat kepolisian dan tentara.
Korban akibat kerusuhan terdiri dari, meninggal 489 orang, luka berat 168 orang, luka ringan 34 orang, rumah dibakar 3.833, mobil dirusak 12 dan motor 9, masjid/madrasah dirusak 8, sekolah dirusak 2, gudang dirusak 1 dan warga Madura mengungsi 29.864 orang.
Kesimpulan
1. Peristiwa ini berakar antara lain pada masalah kesenjangan pendidikan, marginalisasi suku tertentu dalam menduduki posisi di pemerintahan, kesenjangan ekonomi antara suku pendatang dan suku asli serta adanya benturan budaya/perilaku sosial.
2. Kerusuhan massal dipicu oleh adanya perkelahian individu antara suku yang berbeda dan selanjutnya meluas keseluruh kabupaten Sambas.
3. Masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk seyogyanya selalu saling menghormati adat istiadat masing-masing dan senantiasa menjaga Persatuan kesatuan.
sumber : http://me4evolution.wordpress.com/2010/10/01/asal-mula-tragedi-sampit/
1. kasus pencurian ayam oleh seorang warga suku Madura yang ditangkap dan dianiaya oleh warga masyarakat suku melayu.
2. Peristiwa berkembang dengan bergabungnya ratusan warga suku Madura dan menyerang warga suku Melayu yang berakibat 3 orang suku Melayu meninggal dunia dan 2 orang luka-luka.
3. Akibatnya terjadi saling balas membalas antara warga suku Melayu dibantu suku Dayak menghadapi warga suku Madura dalam bentuk perkelahian, penganiayaan dan pengrusakan.
4. Selain itu terjadi pula kasus perkelahian antara kenek angkot warga suku Melayu dengan penumpang angkot warga suku Madura yang tidak mau membayar ongkos.
5. Peristiwa ini adalah kejadian yang kesepuluh sejak tahun 1977 dan juga pernah terjadi terhadap etnis yang lain.
dihimpun dari berbagai sumber, menurut sebuah milis disebutkan bahwa :
“Peristiwa tertangkapnya seorang warga Madura dari Kec. Tebas yang ketahuan akan mencuri Motor di Desa Parit Setia Kec. Jawai, sedangkan dua temannya lagi berhasil meloloskan diri, tersangka tersebut sebelum diserahkan kepada pihak aparat sempat dipukuli oleh warga setempat. Pihak keamanan kemudian menyerahkan tersangka ke keluarganya (di Desa Rambaian) tetapi pihak tersangka tidak menerima atas perlakuan warga tersebut dan indikasi akan melakukan pembalasan. Peristiwa ini terjadi kira-kira akhir Ramadhan 1419 H.
Tanggal 19 Januari 1999 di Desa Parit Setia
Penyerbuan orang Madura ke Perkampungan Melayu dengan 3 truk berisi 300 orang yang menelan korban 3 orang, dua orang melayu, 1 Dayak Mu’alaf. 1 orang mati di tempat, 2 meninggal di rumah sakit. Setelah peristiwa tersebut diadakan upaya damai dengan mediator camat , namun pihak melayu merasa tidak puas sebab penyerbuan tersebut dianggap di tolerir tanpa hukuman yang berarti. Oknum yang terlibat langsung dalam penyerangan tersebut yang dianggap sebagai tertuduh setelah disidik menurut saksi korban ternyata bukan pelaku sesungguhnya dan hingga saat ini pelakunya masih misteri. Pihak melayu meminta para pelaku seluruhnya ditindak tetapi pelaku yang ditangkap hanya 1 orang yakni anak kades yang mempunyai truk sedangkan dari pihak melayu ditangkap (diamankan sebanyak 8 orang kesemuanya mengaku sebagai penganiaya pencuri motor.
Tanggal 26 Januari 1999, Singkawang
Forum Komunikasi Pemuda Melayu (FKPM) dibentuk.
Tebas, 21 Februari 1999
Seorang warga Madura berinisial Rd turun dari Bis jurusan Pontianak Kertayasa di Semparuk dengan tidak membayar ongkos sehingga Kenek yang Warga Melayu marah. Sore harinya warga Madura menghadang si kenek yang berasal dari Semparuk diterminal Semparuk kemudian kel.madura menikam kernet melukai jari tangan dan kaki kanannya. Melihat kejadian itu warga Melayu yang berada di terminal tersebut menghampiri dan mengeroyok si Pelaku penikaman hingga tewas. Kemudian si kenek yang segera dilarikan ke rumah sakit meninggal .sore itu juga terjadi pembakaran rumah-rumah yang dilakukaan oleh Warga Melayu. Dari peristiwa tersebut warga Dayak di Sungai Kelambu mulai ikut terlibat pembakaran bahkan bertindak sebagai motor penggerak. Perlu diketahui bahwa Kepala Suku Dayak Sungai Kelambu menjadi korban orang Madura pada peristiwa Sanggau Ledo 1997.
Pemangkat, 1 Maret 1999
Terjadi penganiayaan terhadap 6 orang pekerja buruh jalan dari warga madura, 4 orang meninggal 1 orang meninggal diantaranya meninggal di tempat dan 2 orang lolos
Desa Lonam Kec. Pemangkat
Seorang ibu melayu ditakut-takuti dan dikejar oleh sekelompok Madura kemudian warga Melayu di sekitar Lonam yang tadinya tidak ingin terlibat akhirnya membakar rumah-rumah orang madura di desanya (dalam peristiwa ini tidak ada korban jiwa karena penduduknya telah diungsikan). Pembakaran menjalar ke jalur lintas pemangkat. Adanya penyulutan di mana pihak Madura menantang pihak melayu dengan ucapan bahwa orang melayu tidak akan melawan orang Madura kalau tidak didukung orang dayak, salah satu cara pembakaran dengan cara disediakan obat nyamuk yang sudah menyala, sebatang korek api dan sebotol bensin yang diletakkan berdekatan dengan sasaran, yang beberapa saat kemudian terjadi kebakaran yang tidak diketahui siapa pelakunya(PROVOKATOR????? takut …)
Pemangkat (Desa Prapakan)
Pihak madura melakukan pencegatan di jalur lintas Pemangkat khususnya Desa Prapakan. Salah seorang korban warga Batak seorang pensiunan Guru dimana isterinya warga Dayak mobilnya dibakar dan diisukan ada korban jiwa dalam pembakaran tersebut orang Melayu (Pemuda-pemuda yang sebagian besar pengangguran) melakukan pembakaran yang membabi-buta yang didukung warga Dayak.
Pemangkat, 17 Maret 1999
Terjadi pembakaran serentak di beberapa Desa.
Selakau, 17 Maret 1999
Terjadi tabrak lari di pasar Selakau oleh orang Madura, tersangka lari dan tertangkap oleh masa dan dianiaya sampai meninggal. Masa spontan berkumpul mencapai kurang lebih 1.000 orang sedangkan aparat sedikit dan masa bergerak ke beberapa arah melakukan aksi pembakaran rumah yang sudah ditinggalkan oleh penghuninya (Madura) sore harinya terjadi pembunuhan orang Madura yang baru datang dari Laut setelah 4 hari mencari ikan di laut saat orang tersebut hendak menjual ikannya. Selanjutnya pembakaran massal terjadi pula di Desa Mentibar sampai di daerah pegunungan Selindung.
Samalantan, 17 Maret 1999
Menyusul terjadinya kabar pembunuhan 1 orang Dayak di Pemangkat oleh orang Madura orang-orang Dayak membakar pemukiman warga Madura yang telah ditinggalkan penghuninya, pasukan Dayak diisukan menyerang kota Singkawang, hal ini dipicu oleh isu meninggalnya seorang warga Dayak di Desa Prapakan. Terjadinya pencegatan oleh orang Madura dimana 1 orang Dayak terbunuh dan otomatis jalur Samalantan ditutup.
Sanggau Ledo, 17 Maret 1999
Adanya pembakaran pemukiman Madura karena adanya berita terbunuhnya orang Dayak di Pemangkat (warga Madura telah diungsikan ke pasir Panjang sebelum pembakaran). Tersebar isu Dayak Pedalaman akan turun ke kota Singkawang namun aparat sudah siap siaga dan dapat diblokade di kompi Batalyon 641 Beruang Hitam, Dayak kembali dan mengambil jalan lain ke daerah bukit Batu.
Kamis dinihari tanggal 18 Maret 1999 terdengar letupan pistol, kabarnya dayak datang kembali namun berhasil diblokade oleh pasukan keamanan.
19 Maret 1999,
Dayak Pedalaman sudah memasuki batas blokade keamanan, tawar-menawar tidak dapat diatasi kemudian aparat memerintahkan kepada penduduk Madura (khususnya wanita dan anak-anak untuk mengungsi). Aparat menyiapkan truk dan diangkut ke Pasir Panjang ada sebagian warga yang mendapati orang Dayak Pedalaman yang pergi ke Desa untuk membeli rokok dengan membawa uang yang cukup banyak.
Singkawang
Pemukiman Madura yang semula tidak ada tanda-tanda akan dijadikan lahan pembakaran sudah mulai dikosongkan tetapi masih ada juga yang tetap terutama di daerah yang dekat kantor atau markas keamanan. Berkembang isu juga bahwa aksi dayak ini disulut oleh terjadinya pemboman kapal pasukan Dayak oleh pasukan Artileri ABRI di sungai Selakau beberapa waktu sebelumnya.
Sedau
Pada awal kejadian di daerah-daerah lain terjadi, warga Melayu Sedau tidak terlalu terpancing dan sebagian tokoh masyarakat mengharapkan agar tidak terjadi seperti di daerah lain, tetapi karena ada hasutan dari warga Melayu daerah lain diantaranya dengan mengirim celana dalam maka wargapun terhasut dengan berencana membakar pemukiman Madura. Maka warga Madura diungsikan ke Singkawang dan Pontianak dan upaya penyerbuan atau pembakaran dapat diatasi oleh aparat kepolisian dan tentara.
Korban akibat kerusuhan terdiri dari, meninggal 489 orang, luka berat 168 orang, luka ringan 34 orang, rumah dibakar 3.833, mobil dirusak 12 dan motor 9, masjid/madrasah dirusak 8, sekolah dirusak 2, gudang dirusak 1 dan warga Madura mengungsi 29.864 orang.
Kesimpulan
1. Peristiwa ini berakar antara lain pada masalah kesenjangan pendidikan, marginalisasi suku tertentu dalam menduduki posisi di pemerintahan, kesenjangan ekonomi antara suku pendatang dan suku asli serta adanya benturan budaya/perilaku sosial.
2. Kerusuhan massal dipicu oleh adanya perkelahian individu antara suku yang berbeda dan selanjutnya meluas keseluruh kabupaten Sambas.
3. Masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk seyogyanya selalu saling menghormati adat istiadat masing-masing dan senantiasa menjaga Persatuan kesatuan.
sumber : http://me4evolution.wordpress.com/2010/10/01/asal-mula-tragedi-sampit/
0 komentar:
Posting Komentar