Kuala Lumpur (sering disingkat KL), atau nama lengkapnya Wilayah
Persekutuan Kuala Lumpur, adalah ibu kota dan kota terbesar di Malaysia. Kawasan Wilayah
Persekutuan meliputi wilayah seluas 244 km² (94 mil²), dengan penduduk
sekitar 1,6 juta jiwa (2010).[2] Wilayah metropolitan
Kuala Lumpur atau yang juga dikenal sebagai Lembah Klang, memiliki jumlah
penduduk sebesar 5,7 juta jiwa.[3] Kuala Lumpur
merupakan wilayah metropolitan dengan pertumbuhan paling pesat di Malaysia,
baik dalam jumlah penduduk maupun ekonomi.[4]
Di Kuala Lumpur berdiri Parlemen Malaysia. Kota ini juga
pernah menjadi lokasi kantor pemerintahan eksekutif dan kehakiman, yang telah
pindah ke Putrajayasejak tahun 1999.[5] Namun beberapa kantor
cabang kehakiman masih berdiri di kota ini. Kediaman resmi Yang
di-Pertuan Agong,
yaitu Istana Negara, berada di Kuala Lumpur. Kota ini juga
merupakan pusat kebudayaan dan ekonomi Malaysia kerana kedudukannya sebagai ibu
kota dan kota utama.[6] Globalization and
World Cities Study Group and Network (GaWC) menilai Kuala Lumpur sebagai sebuah kota global alfa.[7]
Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur adalah salah
satu dari tiga buah Wilayah Persekutuan Malaysia, dan juga sebuah
enklaf dalam negeri Selangor, di pantai barat
tengah Semenanjung
Malaysia.[8]
Sejak tahun 1990-an, kota ini telah menjadi
tuan rumah dari berbagai acara olahraga, politik, dan kebudayaan internasional,
seperti Commonwealth
Games 1998 dan Formula Satu.[9] Selain itu, di Kuala
Lumpur berdiri menara kembar tertinggi di dunia, yaitu Menara
Kembar Petronas.[10]
Kuala Lumpur dihubungkan dengan dunia luar
oleh dua bandar udara, yaituBandar Udara Internasional Kuala Lumpur di Sepang dan Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah di Subang.
Sejarah
modern Kuala Lumpur dimulai pada tahun 1850-an, ketika Raja Abdullah[11] membayar buruh Cina untuk membuka tambang timah yang
baru dan lebih besar.[12] Mereka tiba di muara Sungai Gombak dan Sungai Klang untuk membuka tambang di
Ampang.[12]
Tambang-tambang
ini berkembang menjadi kawasan perdagangan yang semakin diterima sebagai kota
perbatasan. Banyak kemelut yang dialami Kuala Lumpur, seperti Perang Saudara
Selangor, wabah penyakit, kebakaran, dan banjir.[12]Sekitar tahun 1870-an, Kapitan Cina Kuala Lumpur, Yap Ah Loy, menjadi pemimpin yang
bertanggungjawab atas pertahanan dan pertumbuhan kota ini ini. Ia mulai
membangun Kuala Lumpur dari sebuah tempat kecil yang tidak dikenal menjadi kota
pertambangan dengan ekonomi aktif.[13] Di penghujung abad ke-19,Mohamed Taib bin
Haji Abdul Samad seorang saudagar Melayu asalMinangkabau, meneroka kawasan Chow Kit dan Kampung Bahru sebagai
kawasan pemukiman masyarakat Melayu.[14]
Pada
tahun 1880, ibukota Selangor dipindah dari Klang ke Kuala Lumpur yang jauh
lebih strategis.[15] Pada tahun 1881, kebakaran dan
banjir menghancurkan struktur kayu dan atap Kuala Lumpur. Residen Inggris di
Selangor, Frank Swettenham,
bertindak dengan mewajibkan semua bangunan dibangun dari batu bata dan ubin
saja.[15] Kebanyakan bangunan baru
menyerupai rumah toko di Cina Selatan, dengan ciri "kaki lima". Transportasi ke kota ini
dipermudah dengan pembangunan jalur kereta api. Pembangunan semakin pesat pada
tahun 1890-an, sehingga didirikan sebuah Lembaga Kebersihan (Sanitary Board).
Pada tahun 1896, Kuala Lumpur dipilih sebagai ibukota "Negeri-Negeri
Melayu Bersekutu" yang baru.[16].
Berbagai
komunitas datang menetap di Kuala Lumpur. Kaum Cina menetap di sekitar pusat
perdagangan Medan Pasar di sebelah timur Sungai Klang. Orang
Melayu, Chettiar,
dan India Muslim menetap di sepanjang Java Street (kini Jalan
Tun Perak). Lapangan yang kini dikenal sebagai Lapangan Merdeka, merupakan pusat kantor
pemerintahan Inggris.[12]
Pada
masa Perang Dunia Kedua,
Kuala Lumpur dikuasai oleh tentara Jepang dari 11 Januari 1942 hinggga
15 Oktober 1945.[17] Pada tahun 1957, Federasi Malaya berhasil meraih kemerdekaan
dari Britania Raya, dan Kuala Lumpur dipilih menjadi ibukota.[18]Setelah pembentukan Malaysia pada 16 September 1963, kota
ini juga dipilih sebagai ibukota negara.
Kota
ini menjadi saksi dari kerusuhan etnis yang meletus antara orang Melayu dengan
orang Cina pada tanggal 13 Mei 1969.[19]Kerusuhan ini disebabkan oleh
ketidakpuasan orang Melayu terhadap keadaan sosio-politik mereka saat itu.
Kerusuhan 13 Mei menewaskan sekitar 196 jiwa,[19] dan memicu perubahan kebijakan
ekonomi negara.
Kuala
Lumpur memperoleh status kota pada tahun 1972,[20] dan menjadikannya pemukiman
pertama di Malaysia yang mendapatkan status tersebut sejak kemerdekaan. Pada 1
Februari 1974, Kuala Lumpur menjadi Wilayah Persekutuan,[21] sehingga ibukota Selangordipindah ke Shah Alam pada tahun 1978.[22]
Pada
tahun 1998, sebuah gerakan politik yang dikenal sebagai "Reformasi"
berlangsung di kota ini.[23] Gerakan ini disebabkan oleh
pemecatan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. Pendukung Anwar turun ke jalan dan
meminta reformasi di tubuh pemerintahan.[23]
Putrajaya dinyatakan sebagai Wilayah
Persekutuan dan pusat pemerintahan Malaysia pada tanggal 1 Februari 2001.[24] Fungsi-fungsi eksekutif dan
yudikatif dipindah dari Kuala Lumpur ke Putrajaya. Namun, Parlemen Malaysia dan
kediaman resmi Yang di-Pertuan
Agong masih berada di Kuala Lumpur
Geografi Kuala Lumpur berciri lembah besar
yang dikenal sebagai Lembah Klang yang berbatasan
dengan Pegunungan
Titiwangsa di timur, beberapa
pegunungan kecil di utara dan selatan, dan Selat Malaka di barat. Kuala
Lumpur terletak di muara antara Sungai Klangdan Gombak.[27]
Terletak di tengah-tengah negeri Selangor, Kuala Lumpur pernah
berada di bawah pemerintahan Selangor. Pada tahun 1974, Kuala Lumpur dipisah
untuk membentuk Wilayah
Persekutuan pertama yang diatur
secara langsung oleh Pemerintah Federasi Malaysia. Luas wilayah kota ini adalah
24.365 km² (9,407 mil²), dengan rata-rata
ketinggian 2.195 m (7,200 kaki).
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010, Kuala
Lumpur memiliki jumlah penduduk sebesar 1,6 juta jiwa, dengan tingkat kepadatan
penduduk mencapai 6.891 penduduk per kilometer persegi (17.310/mil persegi).
Penurunan tingkat kelahiran yang berlanjut, telah menyebabkan persentase
penduduk di bawah usia 15 tahun turun dari 33% pada tahun 1980 ke 27% pada
tahun 2000.[31] Sebaliknya, golongan
usia bekerja 15–59 tahun justru meningkat dari 63% (1980) menjadi 67% (2000).[31] Persentase penduduk
berusia tua (60 tahun ke atas) juga naik dari 4% (1980) ke 6% (2000).[31]
Bahasa Melayu yang menjadi bahasa
nasional, merupakan bahasa utama di Kuala Lumpur. Bahasa lain yang digunakan di
kota ini adalah dialek-dialek Kanton, Mandarin, dan Tamil.Bahasa Inggris juga berperan besar
sebagai perantara bisnis dan merupakan mata pelajaran wajib di sekolah.[32]
Di Kuala Lumpur, beraneka ragam budaya
bercampur, seperti Melayu, Cina, India, Serani, dan juga suku-suku Kadazan, Iban dan suku asli lain
dari Malaysia Timur dan Barat.[32][31] Pesatnya pembangunan
Kuala Lumpur juga menarik perhatian pekerja asing dari Indonesia, Nepal, Burma, Thailand, Bangladesh, Pakistan, India, Sri Lanka, dan Vietnam.[33][34]
Berdasarkan sensus tahun 2010, orang Melayu
merupakan yang terbesar di Kuala Lumpur. Masyarakat Melayu yang mayoritasnya
berasal dari Kepulauan
Nusantara,
membentuk sekitar 44,2% dari keseluruhan penduduk kota.[35] Kebanyakan mereka
datang dari Minangkabau, Bugis, dan Jawa.[36]
Pada akhir abad ke-18, ketika Eropa mengalami Revolusi Industri, banyak pekerja Cina
dari wilayah Fujian dan Guangdong dibawa keTanah Melayu untuk bekerja di
industri timah yang sedang berkembang pesat.[37] Orang Cina di Kuala
Lumpur menuturkan berbagai dialek. Tetapi kebanyakan dari mereka merupakan
orang Kanton[38] dan Hakka.[39] Pada tahun 2010,
masyarakat Cina berjumlah sekitar 43,2% dari keseluruhan penduduk kota.
Orang India membentuk 10,3% dari jumlah
penduduk Kuala Lumpur (2010). Kebanyakan dari mereka beragama Hindu dan menuturkanbahasa Tamil dan berbagai bahasa
lain seperti bahasa Hindi, Malayalam, Punjabi, Telugu, dan Pashtun. Kebanyakan orang
India dibawa ke Malaysia pada masa penjajahan Inggris.[37]
Agama Islam merupakan agama
terbesar di Kuala Lumpur dengan jumlah pengikut mencapai 46,4% (2010). Agama
ini dianut oleh orang Melayu dan sebagian masyarakat India. Agama-agama lain
yang dianut di Kuala Lumpur adalah agama Hindu (terutama di kalangan
kaum India), Buddha (terutama di kalangan
orang Cina), dan Kristen.
Tugas
pemerintahan kota menjadi tanggung jawab Dewan Bandaraya
Kuala Lumpur, sebuah lembaga di bawah naungan Kementerian Wilayah
Persekutuan Malaysia.[41] Dewan Bandaraya Kuala Lumpur
bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kesehatan umum, pembuangan dan
pengelolaan sampah dan limbah, perencanaan kota, perlindungan lingkungan,
pengawasan konstruksi, pembangunan sosial dan ekonomi, dan pemeliharaan
prasarana kota secara umum. Kekuasaan eksekutif dipegang oleh Datuk Bandar yang
dilantik dengan masa jabatan tiga tahun oleh Kementerian Wilayah Persekutuan.
Sistem pelantikan datuk bandar ini berlaku sejak pemilu pemerintah setempat
ditunda pada tahun 1970.[42]
Sejak
Kuala Lumpur menjadi Wilayah Persekutuan pada
1 Februari 1974, kota ini telah dipimpin oleh sembilan orang Datuk Bandar.[43] Datuk Bandar Kuala Lumpur kini
adalah Dato' Ahmad Fuad Ismail, yang dilantik pada tahun 2008.[44]
Kuala
Lumpur adalah tempat berdirinya Parlemen Malaysia, yang terdiri dari Dewan Rakyat dan
Dewan Negara. Kota ini diwakilkan di Dewan Rakyat oleh sebelas orang anggota
parlemen,[45] yang dipilih untuk masa
jabatan lima tahun. Setelah sekian lama cenderung dikuasai oleh Barisan Nasional, padapemilihan umum 8
Maret 2008, partai oposisi menguasai kursi-kursi parlemen untuk Kuala
Lumpur. Partai-partai tersebut adalah Partai Tindakan
Demokratik (5 kursi), Partai Keadilan
Rakyat (4 kursi), dan Partai Islam
Se-Malaysia (1 kursi); hanya satu kursi Dewan Rakyat yang diduduki
oleh BN.
Ekonomi
Kuala
Lumpur dan kawasan-kawasan sekitarnya merupakan kawasan yang paling pesat
pembangunan ekonominya di Malaysia.[4] Walaupun kantor pemerintahan
pindah ke Putrajaya, kota ini tetap menjadi pusat ekonomi, keuangan, bisnis,
asuransi, properti, media, dan kesenian negara. Badan-badan penting seperti Bank Negara
Malaysia, Komisi Perusahaan
Malaysia, dan Komisi Sekuritas Malaysia, serta
kebanyakan kedutaan dan misi diplomatik, tetap berada di Kuala Lumpur.[46]
Pengembangan
infrastruktur di kawasan sekitar, seperti Bandar Udara
Internasional Kuala Lumpur di Sepang, Koridor Raya
Multimedia, dan perluasan Pelabuhan Klang semakin memperkuat kepentingan
ekonomi kota ini. Bursa Efek Malaysia juga merupakan salah satu
kegiatan ekonomi utama di Kuala Lumpur.[47]
Produk Domestik
Bruto (PDB) Kuala Lumpur pada tahun 2000 diperkirakan
mencapai RM 25.968 juta, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 4,2%.[31] PDB per kapita Kuala Lumpur
pada tahun 2000 adalah RM 30.727, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar
6,1%.[31] Jumlah tenaga kerja di Kuala
Lumpur diperkirakan sekitar 838.400 orang.[31] Sektor jasa seperti keuangan,
asuransi, properti, bisnis, retail, restoran, hotel, transportasi, penyimpanan,
komunikasi, jasa pribadi, dan jasa pemerintah, menyerap tenaga kerja sebesar
83% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja.[31] 17% sisanya berada dalam
sektor manufaktur dan konstruksi.
Besarnya
sektor jasa dapat dilihat dari jumlah perusahaan perbankan dan asuransi yang
beroperasi di kota ini. Kuala Lumpur siap menjadi pusat keuangan Islam sedunia[48] karena semakin banyaknya
institusi keuangan yang menawarkan layanan keuangan Islam, serta kehadiran
lembaga keuangan dari Timur Tengah seperti Al-Rajhi Bank[49] dan Kuwait
Finance House. Disamping itu, di kota ini juga
banyak terdapat cabang perusahaan luar negeri.[50]
Pariwisata
Sektor
pariwisata juga berperan penting dalam ekonomi Kuala Lumpur. Selain membuka
lapangan pekerjaan, sektor ini memperluas peluang usaha. Berbagai hotel
didirikan di kota ini. Kuala Lumpur juga berkembang menjadi tujuan belanja
internasional. Berbagai macam pusat perbelanjaan dan mal berdiri di kota ini.
Pariwisata konferensi juga semakin berkembang pada tahun-tahun terakhir dan menjadi
komponen penting dalam industri pariwisata.
Tujuan
wisata penting di Kuala Lumpur adalah Lapangan Merdeka, Parlemen Malaysia, Istana Budaya, Istana Negara, Menara Kuala Lumpur, Museum Negara, Pusat Dagangan Dunia Putra,Tugu Negara, dan tempat-tempat ibadah seperti Masjid Jamek, Masjid Negara, dan Masjid Wilayah Persekutuan.[51] Tujuan wisata lain adalah Aquaria KLCC, Batu Caves, Makam Pahlawan, Pusat
Sains Negara, Jalan Petaling, Royal
Selangor, dan Kebun Binatang
Negara. Selain itu, terdapat acara-acara seperti pusat kebudayaan
Melayu, perayaan kebudayaan Cina di Tokong
Thean Hou, dan perarakan Thaipusam di Kuil Sri Maha Mariamman. Di Segitiga
Emas (pusat perdagangan Kuala Lumpur) berdiri Menara Kembar
Petronas yang merupakan menara kembar tertinggi di dunia. Di
kota ini juga terdapat klub-klub malam, kedai arak, dan pusat hiburan, seperti
Beach Club, Espanda, Hakka Republic Wine Bar & Restaurant, Hard Rock Cafe, Luna Bar, Nuovo, Rum Jungle, Thai
Club, Zouk,
dll, yang terletak di sepanjang Jalan P. Ramlee, Jalan Sultan Ismail, dan Jalan
Ampang.
Retail
Di
Kuala Lumpur terdapat 66 pusat perbelanjaan, yang menempatkannya sebagai pusat
retail dan fesyen Malaysia.[52] Pada tahun 2006, sektor
perbelanjaan di Malaysia menyumbangkan RM 7,7 miliar atau 20,8% dari pendapatan
pariwisata.[53]
Suria KLCC adalah salah satu tujuan
belanja utama di Malaysia karena terletak di bawah Menara Kembar Petronas.
Selain Suria KLCC, Bukit Bintang memiliki
jumlah outlet belanja terbanyak di Kuala Lumpur. Bukit Bintang, yang merupakan
bagian dari Segi Tiga Emas Kuala Lumpur, meliputi 3 jalan raya, yaitu Jalan
Bukit Bintang, Jalan Imbi, dan Jalan Sultan Ismail. Di Bukit Bintang terdapat
berbagai kafe, outlet makanan, dan kompleks perbelanjaan
seperti Berjaya Plaza, Berjaya Times
Square, Bukit
Bintang Plaza, Imbi Plaza, Kuala Lumpur Plaza, Lot 10, Low Yat Plaza, Pavilion KL,
Starhill Plaza, danSungei
Wang Plaza. Di Kuala Lumpur juga terdapat toserba terbesar di
Malaysia, yaitu SOGO Kuala
Lumpur[54] yang terletak di Jalan Tuanku Abdul Rahman.
Beberapa
kompleks perbelanjaan juga dapat ditemui di wilayah Bangsar,
seperti Bangsar Village, Mid
Valley Megamall, dan The Gardens.
Kawasan Damansara di
barat laut Kuala Lumpur merupakan tempat berdirinya satu-satunya cabang IKEA di
Malaysia. Selain itu, terdapat beberapa mall seperti Cathay Multi
Screen Cinemas, The Curve,Ikano
Power Centre, Citta Stripmall at Ara Jaya, dan One Utama.
Selain
pusat perbelanjaan, beberapa zona di Kuala Lumpur telah ditetapkan untuk
memasarkan produk lokal seperti tekstil dan kerajinan tangan. Pecinan
di Kuala Lumpur, atau lebih dikenal sebagai Jalan Petaling, serta Pasar Seni merupakan
beberapa tempat memasarkan produk-produk lokal.
Pemandangan
kota
Arsitektur
Arsitektur
Kuala Lumpur merupakan paduan pengaruh kolonial, Asia, Melayu Islam, modern, dan
post-modern.[55] Sebagai sebuah kota yang
relatif muda dibandingkan dengan ibukota lain di Asia Tenggara seperti Bangkok, Jakarta, dan Manila,
kebanyakan bangunan masa kolonial di Kuala Lumpur dibangun sekitar akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20. Bangunan-bangunan ini menunjukan gaya Moor, Tudor,Neo-Gothik,
atau Yunani-Spanyol.[56]
Sebelum Perang Dunia Kedua,
di sekitar pusat kota lama terdapat banyak rumah toko, kebanyakan bertingkat
dua. Rumah-rumah toko ini terinspirasi dari tradisi Cina Peranakan dan Eropa.[57][58]Walaupun sebagian telah dirobohkan
untuk pembangunan baru, masih banyak rumah toko lama yang berdiri di sekitar
wilayah Medan Pasar, Jalan Petaling, Jalan Tuanku Abdul Rahman, Jalan
Doraisamy,Bukit Bintang,
dan Tengkat Tong Shin.
Setelah
kemerdekaan Malaysia, banyak bangunan bergaya Islam yang berdiri di ibukota.[59] Beberapa bangunan bergaya
Islam adalah Menara Telekom, Menara Maybank,
dan Kompleks
Dayabumi.[60]Contoh lain adalah Menara Kembar
Petronas yang didesain menyerupai motif-motif dalam seni Islam.[61]
Pada
akhir 1990-an dan awal 2000-an, bangunan bergaya modern dan post-modern semakin
bermunculan. Seiring dengan perkembangan ekonomi, bangunan-bangunan lama
seperti Rumah Bokterpaksa
dirobohkan untuk digantikan dengan bangunan baru. Bangunan-bangunan dengan
kerangka kaca berjamuran di Kuala Lumpur, seperti Menara Kembar
Petronas dan Kuala Lumpur Convention Centre.[62]
Taman
Taman
Tasik Perdana, taman seluas 92 hektare yang terletak dekat dengan Parlemen
Malaysia, sebelumnya merupakan tempat tinggal seorang pejabat Britania. Taman
ini meliputi Taman Kupu-kupu, Taman Rusa, Taman Anggrek, Taman Bunga Raya, dan Taman Burung Kuala Lumpur (taman
burung terbesar di Asia Tenggara).[63] Taman-taman lain di Kuala
Lumpur adalah Taman ASEAN, Taman KLCC, Taman
Tasik Titiwangsa, Taman Tasik Metropolitan di
Kepong, Institut Penyelidikan Hutan Malaysia,[64] Taman Tasik Permaisuri, Taman
Botani, Taman Ekuestrian, dan Taman Lembah Barat Bukit Kiara, Taman
Tun Dr. Ismail, dan Taman Internasional Bukit
Jalil.
Terdapat
tiga hutan di Kuala Lumpur, yaitu Hutan Simpan Bukit Nanas (10.52 ha), Hutan
Simpan Bukit Sungai Putih (7.41 ha), dan Hutan Simpan Bukit Sungai Besi (42.11
ha).[65]
Budaya
Kuala
Lumpur adalah pusat acara dan kegiatan kebudayaan di Malaysia. Salah satu
tempat budaya terpenting di kota ini adalah Museum Negara yang
terletak di Lebuhraya Mahameru. Museum ini menyimpan berbagai koleksi artefak
dan lukisan yang terkumpul dari seluruh Malaysia.[66] Di Kuala Lumpur juga berdiri Museum
Kesenian Islam yang menyimpan lebih dari
tujuh ribu artefak Islam.[67] Koleksi museum ini tidak
terbatas pada hasil karya kesenian Timur Tengah, tetapi juga menekankan pusaka
kesenian dari Asia, terutama Cina dan Asia Tenggara. Di Museum Kesenian Islam
juga terdapat kubah dan ruang
pameran yang besar. Museum ini terletak di Jalan Lembah Perdana, di sebelah Masjid Negara.
Dewan Filharmonik
Petronas merupakan salah satu tempat acara pertunjukan seni
utama di Malaysia. Orkestra yang mendiami gedung ini adalah Orkestra Filharmonik Malaysia (MPO).[68] Balai Seni Lukis
Negara yang terletak di Jalan Temerloh merupakan pusat
keunggulan dan amanah warisan seni nasional. Balai seni ini menerapkan unsur arsitektur
Melayu lama yang dipadukan dengan unsur arsitektur modern. Galeri Petronas yang
terletak di pusat perbelanjaan Suria KLCC merupakan pusat seni murni. Galeri ini memamerkan hasil karya
seni yang berubah-ubah sesuai dengan tema. Kuala Lumpur Performing Arts
Centre (KLPac) di Sentul West merupakan pusat seni pertunjukan
(terutama teater, musik, dan film) yang tersohor di Malaysia. Selain menjadi
pusat produksi seni lokal, KLPac juga mendukung artis pertunjukan lokal dan
regional yang independen.[69]
Setiap
tahun, Kuala Lumpur mengadakan festival Malaysia International Gourmet
Festival[70] dan Kuala Lumpur
Fashion Week.[71]
Transportasi
Berkendara
sendiri merupakan metode transportasi utama di Kuala Lumpur.[72] Oleh sebab itu, setiap bagian
kota terhubung dengan jalan bebas
hambatan. Sebagai ibukota Malaysia, Kuala Lumpur memiliki jaringan
jalan yang terhubung dengan kota-kota lain Malaysia.[73]
Kuala
Lumpur dihubungkan dengan dua bandar udara. Bandar Udara
Internasional Kuala Lumpur (KLIA) yang terletak di Sepang
merupakan bandara utama. KLIA terletak 50 km di sebelah selatan kota, dan
menghubungkan Kuala Lumpur dengan berbagai kota di dunia.[74]Bandar Udara ini dapat dicapai
dengan menggunakan kereta KLIA Ekspres.[75] Bandara lainnya adalah Bandar Udara Sultan
Abdul Aziz Shah, yang merupakan pintu masuk utama
ke Kuala Lumpur dari tahun 1965 hingga dibukanya KLIA tahun 1998. Kini, bandara
ini hanya digunakan untuk penerbangan charter dan turbopro.[76]
Transportasi
publik di Kuala Lumpur terdiri dari layanan bus, taksi,
dan kereta api.
Sistem rapid transit di
Kuala Lumpur terdiri dari tiga transportasi rel yang berbeda. Transportasi rel
tersebut adalah RapidKL RAIL, KL Monorail, dan KTM Komuter. Stasiun KL Sentral berperan sebagai hub utama
transportasi rel. Selain itu, KL Sentral juga menjadi hub bagi jalur kereta
antar kota yang dioperasikan oleh KTM Intercity, dengan layanan hingga Singapura di selatan dan Hat Yai, Thailand, di utara.[77]
Operator
kendaraan umum terbesar di Kuala Lumpur dan Lembah Klang adalah RapidKL.[78]Sejak mengambil alih tugas Intrakota
Komposit Sdn Bhd, RapidKL telah mengatur ulang seluruh jaringan bus di Kuala
Lumpur dan kawasan metropolitan Lembah Klang[79] demi meningkatkan mutu sistem
transportasi publik Kuala Lumpur.
Di
Kuala Lumpur, kebanyakan taksi berwarna merah dan putih. Perusahaan taksi yang
besar, seperti Syarikat Teksi Oren Innovasi Timur, diperbolehkan pemerintah
untuk menggunakan warna selain dari yang ditetapkan. Taksi-taksi di Kuala
Lumpur telah menggunakan gas alam
terkompresi (CNG) sebagai bahan bakar.
Kuala
Lumpur dihubungkan ke jalur pelayaran internasional melalui Pelabuhan Klang. Pelabuhan Klang merupakan
pelabuhan terbesar dan tersibuk di Malaysia.[80]
Pendidikan
Kuala
Lumpur mencapai tingkat melek huruf sebesar 97.5% pada tahun 2000,
tertinggi di seluruh Malaysia.[81] Di Kuala Lumpur terdapat 13
insititusi pendidikan tinggi, 79 sekolah menengah, 155 sekolah dasar, dan 136
TK.[82] Terdapat beberapa institusi
terkemuka di ibu kota yang sudah ada sejak satu abad lebih, seperti Sekolah Menengah Kebangsaan Victoria (1893);
Methodist Girls' School (1896); Methodist Boys' School (1897); Convent Bukit Nanas (1899) dan Institusi
St. John (1904).
Di
Kuala Lumpur juga berdiri Universitas Malaya sebagai
universitas tertua di Malaysia sejak kemerdekaan negara.[83] Contoh universitas lain yang
ada di Kuala Lumpur adalah Universitas
UCSI, Universitas Perubatan Antarabangsa, Universitas Terbuka Malaysia, Universitas Kuala Lumpur, Universitas Terbuka Wawasan, dan kampus
cabang Universitas
Kebangsaan Malaysia danUniversitas
Teknologi Malaysia. Universitas Pertahanan Nasional Malaysia terletak
di Pangkalan Tentara Sungai Besi,
di bagian selatan Kuala Lumpur. Universitas ini didirikan sebagai pusat
pembelajaran teknologi militer dan pertahanan.[84]
0 komentar:
Posting Komentar