Minggu, 16 Februari 2014

Maraknya pendirian warnet, Positif atau negatif?



Perkembangan Era Globalisasi sekarang ini memicu orang untuk gencar berlomba-lomba menjadi manusia modern yang selalu mengikuti perkembangan zaman, salah satunya dapat menggunakan media internet. Seperti yang kita ketahui banyak sekali manfaat internet tersebut, hanya saja kita harus bisa memilah-milah mana yang baik untuk kita ataupun justru menjerumuskan kita.
Warung Internet atau sekarang yang lebih trend dengan sebutan warnet. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tak sulit untuk kita menemui warnet. Hampir semua penjuru daerah baik desa maupun kota serta semua lapisan masyarakat berlomba-lomba untuk mendirikan peluang usaha yang menjanjikan berbagai keuntungan ini. Ada gula ada semut mungkin pepatah ini dapat menggambarkan bagaimana keadaan usaha warnet saat ini. Berbagai cara dilakukan oleh sejumlah pihak agar usaha yang ia miliki laris mulai dari harga yang relatif murah, sarana prasarana yang lengkap dan nyaman ditawarkan. Tak heran banyak orang yang terbuai dengan kesenangan itu.
Banyaknya orang yang membuka jasa layanan warnet, seperti halnya dengan yang dirintis  Setia Rustam, ia membuka usahanya ini sejak sepuluh tahun yang lalu. Bapak dari tiga anak ini memutuskan untuk berbisnis di jasa layanan warnet karena usahanya yang pertama kali ia rintis gagal, kemudian ia tak lantas putus asa pria berusia 56 tahun ini malah beralih ke bisnis layanan komputer. Menurutnya, usaha yang ia jalani sekarang mampu mencukupi biaya hidup dan sekolah putra-putrinya.
Dengan bermodal Rp 50 juta ia bisa membeli 10 unit komputer,  dan dengan  buah kesabaran itu akhirnya usahanya bisa bertahan hingga saat ini. Setia Rustam adalah anak paling bungsu dari 20 bersaudara, berdarah Cina. Baginya, pendidikan tidak terlalu berpengaruh untuk membuat orang menjadi sukses. Seperti halnya dengan Setia Rustam sendiri, yang hanya menikmati pendidikan sampai Sekolah Menengah Pertama saja. Lantas berkat niat dan usaha yang gigih bisa membuatnya membuka usaha warnet tersebut, belajar sendiri untuk mengenal computer merupakan tonggak keberhasilannya.
Menurutnya pertama buka memang pengunjungnya tidak terlalu ramai, tapi lama kelamaan semakin ramai. Setiap pengunjung cukup membayar Rp.4.000,00 selama satu jam. Dan jika menggunakan komputer selama lima jam akan mendapat bonus satu jam. Untuk penghasilannya sendiri, ia memperoleh Rp.250 ribu perhari.  Dengan modal kesabaran saat ini ia bisa menambah 12 unit komputer, dan sekarang sudah ada 22 unit komputer. Pak Setia Rustam telah membuktikan kepada kita, bahwa kesabaranlah yang membuatnya bisa bertahan sampai saat ini.
Akan tetapi keberadaan warnet yang kian menjamur bak di musim hujan ini juga menimbulkan pro dan kontra dari berbagai kalangan. Ada masyarakat yang merasa diuntungkan dengan keberadaannya karena dapat mempermudahkan mereka untuk mencari tugas kuliah, tugas kantor, chating dengan orang yang jauh dan masih banyak segudang kegiatan yang dapat dilakukan di sini. Hal ini sama dengan yang di sampaikan oleh Ros, nenek berusia 75 tahun berberapa waktu yang lalu. Baginya dulu orang yang sering ke warnet adalah orang pintar, tahu masalah teknologi khususnya internet. karena bisa mencari apapun dari internet (warnet) tinggal ketik apa yang dicari sudah ketemu,
                Tapi siapa sangka derasnya arus globalisasi yang kian hari semakin pesatnya telah mengubah fungsi warnet hingga tak seindah persepsi orang dulu. Warnet sendiri tidak terlepas dari berbagai masalah seperti pornografi. Banyak negara yang masih memandang internet adalah salah satu media dimana pornografi dapat diakses oleh pengguna.Selain itu citra negatif ditimbulkan juga dari perilaku asusila yang belakangan ini semakin mengemuka, dan memprihatinkan lagi ada yang memanfaatkan sebuah warnet untuk ketemuan kawula muda mudi, atau lebih dikenal tempat pacaran dengan alasan belajar mecari tugas bersama temannya.
            Banyak hal yang bisa menjadi cerminan dampak positif maupun negative. Contohnya saja Adiyanto Kusuma siswa SMP Negeri 1 Bintan kelas VII sangat hobi ke warnet. Bahkan ketika hari libur, ia dan teman-temannya start ke warung internet (WarNet) pukul 5 subuh.
Anak laki-laki bertubuh subur ini memang sangat rajin dimanapun ia berada. Kegemarannya pergi ke warnet tidak hanya untuk bermain game seperti yang lainnya. Ia mencari ilmu dan mempelajarinya melalui membaca situs-situs yang berisikan ilmu pengetahuan.Ketika ia mulai jenuh dengan apa yang ia baca, barulah ia mencoba permainan di situs online.  Bagi siswa SMP ini warnet itu asyik, seru, dan banyak ilmu pengetahuan yang didapatkan dari Mbah google.
Anak pertama dari dua bersaudara ini heran dengan teman-temannya yang mengaguminya. Ujian tengah semester tahun 2013 ini ia mendapatkan juara pertama, dan sebelumnya ia mendapatkan juara kedua. Walaupun demikian, ia dipantau oleh orang tuanya. Oleh karena itu ia terjauh hal-hal yang negatif dari warnet itu sendiri.
            Anak sulung yang berumur 14 tahun ini sangat mempunyai kegemaran yang bervariatif. Apapun yang bisa ia lakukan pasti dikerjakan. Ia tidak biasa membuang waktu untuk bersantai-santai. Keseringannya pergi ke warnet, dapat meningkatkan pengetahuannya dan prestasinya. Hal itu dibuktikan olehnya dalam prestasi di kelas.
            Akan tetapi masih ada sekelompok orang tua yang meresahkan buah hati yang mereka cintai  karena sudah terbawa derasnya kemajuan IPTEK. Banyak putra-putri mereka yang rela menghabiskan waktunya seharian untuk di warnet. Entah apa yang mereka lakukan, para orang tuapun tak semua mengetahuinya.
Menurut Suranti ibu tiga orang anak ini menuturkan bahwa buah hatinya yang kedua hobi sekali main di warnet hingga kadang lupa waktu. Wanita kelahiran 16 Maret 1968 ini juga mengaku miris dengan berbagai kasus yang berkaitan dengan Internet. Ia mengharapkan warnet itu sebaiknya tidaklah terlalu tertutup, apalagi bilik per komputer yang diberi pintu itu sangat berbahaya atau bahkan sangat memberi kesempatan bagi muda-mudi yang masuk berdua untuk melakukan hal yang tidak baik. Selain itu ia juga mengharapkan, pihak kepolisian atau yang terkait dalam waktu yang berkala dan terus menerus (kontinyu) melakukan razia terhadap warnet-warnet yang menyimpan gambar atau video-video porno di hardisk komputer.
            Diana, seorang pemilik salon ini juga mengatakan agar untuk para peyedia jasa internet dapat memberlakukan jam malam bagi para siswa. Karena menurutnya usaha penutupan warnet tidak akan memberikan pengaruh apapun justru ia merasa jika warnet ditutup  sama saja kita menutup usaha seseorang. Sementara untuk Satpol PP tidak  mudah untuk percaya terhadap para siswa yang mengaku bahwa sekolahnya masuk siang ketika terjaring razia. Akan tetapi menurut wanita 30 tahun ini para pelajar sudah pintar ia tidak menggunakan pakaian seragam ketika bermain internet.
            Menanggapi keluh kesah para orang tua ini Pemerintah Kota Tanjungpinang akan melakukan tata tertib dunia maya. Hal ini merupakan langkah posesif untuk menghilangkan situs porno serta pihaknya akan mengawasi aturan dalam pemakaian internet khususnya para pelajar. Mereka juga akan merencanakan untuk mengundang pengusaha warnet dan guru BP untuk mensosialisasikan manfaat dari internet itu sendiri terutama untuk pelajar.
            Selain itu dengan pemberlakuan jam malam bagi pelajar diharapkan dapat mencegah terjadinya perilaku menyimpang dikalangan pelajar yang mulai identic dengan pergaulan bebas. Hal ini sejalan  dengan yang di sampaikan Rustam peraturan pemerintah yang mewajibkan khusus untuk anak sekolah batas waktunya pukul 21.30 WIB ia sudah menyuruh pelajar pulang. Sementara  situs- situs yang membahayakan moral anak- anak, warnet ini tidak menyediakan, karena sudah diblokir. Susah memang jika  ingin mengembalikan manfaat warnet seperti dulu yaitu warnet sebagai tempat belajar atau perpustakaan online. Pesatnya  kemajuan zamanlah yang menuntut kita untuk berkembang tapi mengenal teknologi cukup kita ambil positifnya saja.Itulah yang kini merupakan tanggung jaawab bersama.

0 komentar:

Posting Komentar