Ini
adalah kali ketiga terdapat pesawat terbang yang melintas di atas sana.
Lampunya yang temeram berkedip genit ke arahku yang kala itu sedang termenung
sendiri di atas balkon rumah. Cahayanya yang kelap kelip menjauh seiring dengan
kabut yang menutupi angkasa luar.
“Hai,
Shafira. Apa yang sedang kau lalukan di luar sana ??”, Dia menyapaku dengan
ramahnya.
“Aku di sini sedang menunggu
bintang-bintang itu muncul”
“Sudah gila kau rupanya”
“Entahlah, Pesawat. Namun
sejak tadi aku tak kunjung mendapati bintang-bintang itu.”
“Bagaimana tidak, cuaca
sekarang sedang mendung. Jelas saja kau tidak dapat bertemu dengan
bintang-bintang itu. Karena memang mereka akan kalah bersaing dengan awan
mendung yang sedang menggelantung itu.”
“tetapi sekarang aku sedang
membutuhkan mereka. Saat ini aku ingin banyak bercerita kisahku kepada mereka.
Aku sendiri di sini”
“Tidak shafira, tidak. Kau
tidaklah sendiri, ada aku di sini.”
“Kau memang benar, pesawat.
Kini maukah kau menemani ku dalam menghabiskan malam ini dengan mendengarkan
ceritaku ??”
“Ya, aku mau. Bahkan aku
ingi sekali. Tetapi aku tidak bisa, Sobat”
“Mengapa ??”
“Aku tidak bisa berdiam
terlalu lama di sini. Tuan pilot itu harus membawa ku pergi ke tempat yang ia
tuju.”
“Owh, begitu rupanya.
Baiklah, Pesawat. Aku sadar akah hal itu, aku tahu dan faham sekali posisimu.
Sekarang pergilah, arungi langit mendung ini dengan penuh kehati-hatian.”
“Sampai jumpa lagi, Shafira.
Cobalah untuk berbicara dengan yang lainnya.”
“Akan aku coba, aku titip
rasa gundahku agar kau bawa pergi”, Dan kini awan pun juga telah membawa pergi
sahabatku yang lain lagi.
Dan lagi-lagi di malam yang
sesunyi ini aku sedniti tidak ada yang menemani. Serta untuk kesekian kalinya
aku merasakan kesepian yang menyeruak kemana-mana seakan menerkan sekujur
tubuhku.
Diam-diam, rupanya purnama
itu sedang mendengarkan perbincanganku dengan pesawat beberapa waktu yang lalu.
Tamak sekali, dia hanya mengintip di balik awan mendung yang hitam itu. Namun
dia sepertinya sangat enggan untuk sekedar mengunghkapkan pikirannya.
“Selamat malam, Purnama”
Sapaku untuk mulai membuka perbincangan kali ini.
“…”
“Hei, Purnama. Tolong temani
aku ya..” Lanjutku tanpa mendapatkan balasan sedikit pun.
“…”
“Aku sendiri, Purnama”
“…” Dan dia tetap saja
terdiam seribu bahasa. Walaupun dia sebenarnya dapat mendengarkan kicauanku
sedari tadi.
“Oh iyah, kemana perginya
kawanmu malam ini ?? Aku sedang ingin bercerita”
“…” Dasar keras kepala
memang Purnama itu. Dia sebenarnya tahu, tapi tidak merasa. Kura-kura dalam
perahu, pura-pura tidak tahu. Entah apa yang sedang ada dipikirannya sekarang
hingga ia bersikap dingin seperti itu. Dan hingga kini, belum pernah sekali pun
aku mendengarnya berbincang dengan lintang-lintang di atas sana. Bahkan bersin
pun tidak. Dasar aneh -_-
Panggil saja aku dengan
sebutan Shafira, ya teman-temanku biasa memanggilku demikian. Aku adalah gadis
muda yang begitu senang bertemankan dengan hal-hal yang sekiranya tidak dapat
dicapai oleh orang lain. Hal-hal di atas adalah hanya sebatas percakapan
kecilku dengan mereka di kala aku mulai bosan dengan kehidupan ini.
Aku suka melihat bagaimana
hidup ini dalam pandangan yang berbeda daripada orang lain. Mungkin mereka
lebih suka menggunakan istihal ‘Out Of The Box’ untuk hal ini.
Aku senang berkhayal dengan
imajinasiku sendiri perihal pernyataan aneh yang jarang atau bahkan tidak
pernah aku pikirkan sebelumnya. Namun anehnya, banyak teman yang menyukai hal
itu. Membuatku banyak sekali memiliki mitra yang beragam dari mana saja.
Itulah yang membuat
kehidupan ku saat ini begitu berwarna. Berimajinasi dengan berbagai kemungkinan
aneh yang tidak akan terjadi. lalu tersenyum sendiri, menertawakan hal-hal gila
apa yang telah aku pikirkan J hahahah
Dan entah mengapa, aku
begitu mencintai keanehanku ini. Ya walaupun banyak diantara mereka yang
melihatku sedikit tidak waras atas berbagai tindakanku ini. Tapi jujur, aku
akan terasa lebih nyaman jika aku dapat berteman dengan mereka.
Aku tidak pernah percaya
kepada manusia. Karena mereka adalah makhluk ciptaanNya yang telah mengingkari
janji yang telah mereka buat sendiri. Mereka berjanji kepada Tuhan akan berlaku
baik kepada sesamanya, tapi apa buktinya ?? Hanya palsu belaka, tidak guna.
“Aku benci kepada mereka,
Bintang.”
“Ada apa, Shafira ?? Mengapa
kau mengumpat ??”
“Aku lelah akan semua ini,
aku tidak suka hal ini terjadi kepada ku.”
“Terkadang kehidupan memang
menyakitkan, kau tahu lotre kan ??”
“Tapi aku mencintai
keduanya, Ayahku, Ibuku”
“Bagaimana jika memang
itulah yang terbaik ??”
“Untuk siapa ?? Itu hanya
untuk mereka, Bintang. Bukan untukku, aku masih membutuhkan mereka. Sangat …”
“Mereka hanya berganti
status, namun tidak akan pernah dapat berganti posisi.”
“Maksudmu ??”
“Ya, mereka hanya bukan
sebagai suami istri. Tetapi mereka tetaplah orang tuamu kan. Kau masih dapat
merasakan kasih sayang mereka, secara merata.”
“Lantas, bagaimana dengan
rasa sakit ini ??”
“Ini hanyalah masalah waktu,”
“Dapatkah kau mengobatinya ??”
“Dan hanya dirimu lah yang
dapat mengobati lukamu sendiri. Kau yang tahu rasanya, dan tentu saja kau yang
tahu bagaimana cara mengobatinya.”
“Tidak dapatkah obat pereda
rasa sakit itu mampu untuk mengobati lukaku ini ?? Ini sakit sekali, begitu
sakit.”
“Percayalah, ini hanyalah
masalah waktu. Aku yakin kamu kuat, Shafira.”
Kala itu, keadaan ku begitu
terpuruk. Ketika salah satu diantara mereka pergi, menjauh dari duniaku dan ia
lebih memilih membuat dunia nya yang baru. Sedang aku di sini masih dengan
dunia lama ditemani dengan nya yang lain yang masih dengan setia bertumpu
kepadaku.
Aku kesal, sebal, muntap,
dan apalah itu namanya. Semuanya aku anggap bersalah, hanya aku sajalah yang
paling benar. Bahkan Bintang saja, guru kehidupan terbijakku aku maki semauku
sendiri. Aku tidak tahu.
Aku benar-benar berubah 1800,
aku tidak dapat lagi melihat kehidupanku setelah ini. Semuanya dipenuhi dengan
air mata kesedihan yang kian hari tak kunjung selesai. Peluh itu terus menetes
tanpa henti, kau tahu hingga menciptakan alirannya sendiri. Dengan kantung
mataku yang kian menghitam sebagai sumber air mata pada setipa malamnya.
Aku hanya mampu berkata
sendiri di dalam hati, tanpa mampu untuk menguutarakannya kepada siapapun.
Karena ku tahu, jika aku menguntapkan semuanya. Maka mereka juga akan merasakan
hal yang sama, atau mungkin lebih.
Hanya masalah waktu..
Ya pernyataan itulah yang
sedari tadi selalu terngiang di dalam benakku. Bagaimana bisa waktu dapat
merubah itu semua. Aku beranggapan bahwa apa yang terjadi hari ini akan
berpengaruh kedepannya nanti. Jadi aku mengasumsikan jika kehidupanku akan
buruk saja nanti.
“Sudahlah, jangan dilamunkan
Shafira” Ujar Bintang kepadaku mengagetkan.
“Ah kau ini, selalu datang
secara tiba-tiba” Protesku.
“Hahahah J Bukan kah itu telah menjadi kebiasaanku ??”
“Benar juga”
“Jadi, apakah gerangan yang
membuat si cantik berkerudung ini masih saja terjaga ??”
“Ya apalagi kalau bukan
berkataanmu tempo hari”
“Kau masih ingat rupanya”
“Tentu saja aku masih ingat,
sangat ingat bahkan”
“Lantas ??”
“Sekarang jawab
pertanyaanku. Apa maksudmu berkata demikian ??”
“Yang masalah Waktu itu ??”
“Benar sekali”
“Cepat atau pun lambat, kau
akan pulih kembali, Shafira”
“Kau selalu bergitu,
maksudku lebih spesifik lagi”
“Kalau begitu, dapatkah kau
menerkanya ??”
“Malah balik bertanya dia
-_- Tapiii baik lah, akan aku coba”
“Silahkan saja !!”
“Seperti manusia yang
mendapatkan penyakit begitu serius. Maka ia harus dioperasi, kemudian dokter
akan membedah tubuhnya lalu mengeluarkan penyakit itu dari dalam tubuhnya. Dan
hilanglah rasa sakit itu. Bagaimana ??”
“Hmmm, semudah itu kah ??”
“Nah itu dia. Yang menjadi
pertanyaan sekarang. Bagaimana dengan luka bekas jatihan operasi tadi ?? Bukan
kah itu tidak dapat pulih kembali, walaupun tanpa rasa sakit ??”
“Kau yang memberikna
analogi, lantas kau sendiri yang kebingungan ??”
“Sekarang berikan jawabanmu
atas semua ini, Bintang”
“Kau tahu Pesawat, bukan ??”
“Tentu saja, dia salah satu kawan
terbaikku”
“Anggap saja masalahmu ini
seperti pesawat yang sedang terbang, Shafira”
“Maksudnya ??”
“Jadi begini, dalam Pesawat
memiliki tiga tahapan utama. Yakni take off, fly, dan landing. Benar begitu kan
??”
“Iyah, aku tahu itu. Tapi
apa hubungannya ??”
“Sekarang pertanyaannya.
Apakah kau pernah bepergian menggunakan pesawat, Shafira ??”
“Pernah, beberapa kali”
“Dan apa yang kamu rasakan
ketika pertama kali kamu melakukan penerbangan pertamamu itu ??”
“Aku takut, takut sekali.
Karena sejujurnya aku sedikit tidak menyukai ketinggian”
“Namun apakah yang kau
rasakan setelah kau berada di atas ??”
“Biasa saja, ya seperti
berkendara dengan angkutan umum yang lainnya. Terlebih lagi ada sensasi
tersendiri”
“Itu yang aku maksudkan,
Shafira”
“Ya ??”
“Bayangkan jika masalahmu
adalah sebuah pesawat. Dan dirimu adalah pilotnya, yang memegang kendali
sepenuhnya. Mungkin awalnya akan ada banyak keraguan ketika akan melakukan take
off, guncangan dan lain sebagainya. Tetapi ingat, kau harus membawa begitu
banyak penumpang yang harus kau antarkan sampai ke tempat tujuan. Masalahmu
hanya ada di awal, Shafira. Selebihnya akan terasa aman jika kau telah melewati
masa fly itu sendiri”
“Benar juga, Bintang.
Sekarang aku paham apa maksudmu”
“Keputusan ada di tanganmu.
Kau akan menunaikan tugas mulia sebagai pilot yang pantang mundur. Atau
menyerah sebelum berangkat J”
Oleh : SAM98 (Minggu, 13 Desember 2015 18:30:00)
Water Hack Burns 2lb of Fat OVERNIGHT
BalasHapusAt least 160 thousand men and women are using a easy and SECRET "liquids hack" to lose 1-2 lbs every night as they sleep.
It's simple and works every time.
This is how you can do it yourself:
1) Hold a drinking glass and fill it half full
2) And now use this awesome hack
and you'll become 1-2 lbs skinnier as soon as tomorrow!