Hei Masa,
Dimana sejarah menjadi napak
tilas sebuah cerita di balik adanya makna, roman dari awal lahirnya picisan
kisah yang terbungkam tanpa kata dalam balutan ingatan Masa. Mungkin Masa masih
ingat, sangat ingat bahkan, dengan detail bagaimana rincinya runtutan cerita
yang ia punya dari waktu ke waktu. Ya, karena memang itulah tugasnya sebagai
sebuah pengukur lama atau tidaknya suatu kisah. Namun sayangnya ia berlari
begitu kencangnya. Enyah itu ia menggunakan sepatu ajaib berkekuatan super
untuk membantunya berlari dengan cepat, atau memang anugerah dari Tuhan yang
diberikan kepadanya ?? Tidak ada yang tahu.
Tapi menurutku, Masa telah
dikaruniai anugrah yang sungguh luar biasa. Kencangnya kecepatan Masa dalam
berlari, bukanlah kekuatan dari sepatu ajaib. Logikanya, jika ia mempunyai alat
yang secanggih itu, maka semua orang pun juga ingin memilikinya. Berlomba-lomba
bagaimanan caranya untuk mendapatkan sepatu tersebut. Namun kenyataannya tidak
demikian, itu semua adalah anugerah yang diberikan khusus kepada Masa dari
Tuhan. Dan tidak semua orang dapat memilikinya.
Kau tahu jam pasir ?? ya,
begitulah gambaran kasar dari Masa. Ia terus berjalan, tidak pernah berhenti,
dan tidak pernah kembali, barang sejenak. Awalnya aku mengira bahwa Masa adalah
pribadi yang congkak, sombong, angkuh, dan entah apalah itu namanya. Karena ia
menengok ke belakang saja tidak pernah. Prinsip hidupnya juga sangat sederhana,
ia hanya akan berteman dengan mereka yang mampu mengikutinya saja. Ia selalu
katakana itu dari awal, jadi semua kawannya sama. Homogen.
Tidak berkawan bukan berarti
benci, sebenarnya banyak orang yang ingin berteman dengan Masa. Tapi kebanyakan
dari mereka lelah, lantas menyerah menghadapi Masa. Gugur satu per satu akibat
pengaruh seleksi alam, berhenti di tengah jalan dengan berbagai alibi yang pada
intinya selalu mengkambinghitamkan Masa. Pernah waktu itu Masa dihujat terlalu
tinggi hati, sampai-sampai ia dijauhi oleh banyak orang. Kejam sekali !! Lalu
bagaimana responnya ?? Ia hanya terdiam saja, menertawakan apa yang ia
dapatkan. Menurutku, semua orang mempunyai karakternya masing-masing. Tidak
perlu iri atau pun dengki. Semua pasti diberikan kelebihan dan kekurangannya
sendiri.
“Masa, aku lelah sekali.
Merilah kita teristirahat sejenak saja !!” Pintaku sembari berpura-pura
ngos-ngosan.
“…” Tidak ada jawaban. Ia
tetap saja berjalan konstan. Acuh.
“Hei, tunggu aku. Sungguh
aku begitu lelah, Masa”
“…” Dan lagi taka ada respon
darinya
“Aku yakin kau pasti bisa
mendengarkanku, Masa. Percayalah !!” Seruku masih meminta.
“…” Masih tidak ada
tanggapan, hanya tolehan sekenanya saja ke arahku. Hahahah progress yang bagus,
pikirku dalam hati.
“Baiklah, baiklah. Kalau
begiut pelah-pelah saja”
“Tidak !!” Jawabnya datar
Aku terus mengikuti
langkahnya. Aku terhitung masih baru mengenal Masa. Ya, kurang lebih tiga tahun
terakhir. Mungkin sama sepertimu kali ini, awalnya aku juga tidak mengenal
siapakah Masa itu ?? aku hanya mendengar berbagai cerita tentangnya, yang tentu
saja berita negative. Namun anehnya, itu yang membuatku begitu tertarik dengan Masa.
Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mencarinya. Berbicara dengan Masa,
penasaran dengan apa yang sebenarnya ia inginkan.
Sepetah kata yang keluar
dari mulut Masa membuatku bahagia. Hahahah ternyata mudah juga untuk memancing Masa
berbicara, pikirku senang.
“Apa yang kau inginkan
hingga kita dapat berhenti, Masa ??” Rayuku membujuknya
“Tidak ada”
“Kumohon, Masa. Sebentar
saja”
“Aku bilang tidak, ya tidak”
“Dasar keras kepala” Aku
mulai naik pitam
“Terserah apa katamu”
“Tolong, mengertilah !! Kali
ini saja”
“Silahkan jika kau ingin
berhenti, tapi aku tidak”
“…” Kini aku memilih untuk
diam saja
“Ternyata kau tak ubahnya
sama seperti teman-teman yang lain yang kujumpai selama ini” Celetuknya kasar,
namun masih dengan muka yang datar, tanpa dosa tanpa nada.
“Apa maksudmu ??”
“Artikan sendiri, kamu orang
yang berilmu. Cukup berintelektual, pasti mengerti apa yang aku maksudkan ??”
“Aku menemuimu karena kedua
orang tuaku telah bercerai”
“Lalu ??”
“Tentu saja aku ingin mereka
kembali seperti mereka yang dulu”
“Tidak bisa”
“Tapi mereka adalah orang
tua ku sendiri, Masa”
“ya sudah terima saja.
Memang itu yang terbaik kan”
Semakin menyebalkan dia.
Benar saja, banyak yang tidak betah berkawan dengannya. Masa bukan lagi
sombong, namun lebih dari itu. Dia egois, yang selalu mementingkan diri
sendiri. Aku yang awalnya hanya berpura-pura lelah, menjadi benar-benar lelah.
Kini aku dihadapkan pada situasi dimana kebingunagn menjadi benang kusut
sekaligus jalan buntu yang harus aku rapikan sendiri. Bagaimana iniii ??
Tidak pernah aku mendengar
cerita kebaikan dari Masa. Hal positif yang membuat Masa disanjungpun tak ada.
Semua cerita yang berhubungan dengan Masa, selalu, selalu, dan selalu berakhir
dengan ‘Sad Ending’. Bahkan dalam legenda pun, dimana Masa telah hidup sejak
awal peradaban pun nihil. Tidak ada kisahnya. Kalaupun ada, itu pun hanya
sekedar anekdot. Sindiran lucu kepada Masa akan tindakannya selama ini.
Tapi satu hal membuatku
berpikir. Banya orang yang mencoba untuk berkomunikasi dengan Masa,
berkali-kali, ribuakn kali bahkan. Namuan taka da satu pun diantaranya mampu
untuk merajut balon kata darinya. Dia selalu saja diamseribu bahasa. Tanpa
kata. Bahkan mereka yang cerdas, pintar, bin berotak encer seperti perjabat,
menteri, dan presiden sekali puntidak bisa. Dan ujung-ujungnya pasti sama.
Gatot, alias Gagal Total. Nol besar.
Sedangkan aku ?? aku mah apa
atuh ?? Cerdas ?? Tidak. Pintar ?? Juga tidak. Atau berotak encer ?? Apalagi.
Aku masih anak kemarin sore. Anak ingusan, anak bau kencur, atau apalah itu
namanya. Sangat jauh jika dibandingkan dengan mereka. Namun bagaimana mungkin Masa
mau mengeluarkan suaranya untukku ?? Berbicara pula. Ya walaupun itu dengan
muka datar. Tapi [aling tidak aku bisa selangkah lebih maju dari mereka.
Apalagi rencanamu ini, Masa
?? pikirku dalam hati “Apa maksudmu dengan semua ini ??” Tanyaku seketika tanpa
intermeso pembuka.
“…” Krik… Krik… Krik…
“Apa niatanmu yang
sesungguhnya ??” Tanyaku memperjelas maksud
“…”
Aku adalah tipikal orang
yang keras kepala, kata ibu. Dan anehnya, teman-temanku juga mengamini hal itu.
Tapi aku tidak merasa begitu. Aku ganya ingin mendapatkan apa yang aku mau. Aku
akan sangat enggan untuk berhenti sebelum aku puas dengan apa yang aku peroleh.
Mudah saja, rasanya seperti ada yang aneh. Dan itu rasanya tidak enak.
Kawan, Masa semakin
membuatku penasaran untuk terus mengejarnya. Dia diselubungi oleh berbagai
teka-teki yang ia buat sendiri dan meminta orang lain untuk menebaknya.
Tujuannya ?? Entahlah, hanya ia yang tahu. Mungkin bersama dengan Tuhan juga.
“Maksudku, mengapa kau ingin
bercakap-cakap denganku ini ??” Tanyaku sekali lagi masih dengan perasaan kesal
setengah mati.
“Kau tak mau ??” Jawabnya
malah berbalik bertanya.
“Bukan begitu, maksudku
alasannya. Karena dengar-dengar suaramu itu begitu mahal harganya”
“Karena kau berbeda”
“Apa yang membuatku berbeda
??”
“Suatu hari nanti kau akan
mengerti”
“Demi Tuhan, Masa. Jangan
membuatku bertanya-tanya seperti ini !!”
“…”
“Lalu mengapa kau menolah
mereka ??”
“Aku tidak menolak mereka. Mereka
saja yang menjauh dariku”
“Itu semua karena kau tidak
pernah membuka dirimu untuk menerima mereka”
“Mengapa semua orang
berpersepsi sama sepertimu ??”
“Lantas ??”
“Yang jelas, aku dapat
melihat Masa depanmu itu bening, seperti kaca.” Ucapnya memprediksi ibarat
cenayang.
“Maksudnya ??”
“Mudah saja, aku hanya ingin
mereka menghargai apa yang mereka miliki selama ini. Dan aku tak ingin membuat
mereka besar karenaku. Mauku, mereka adapat bekerja keras dalam menghargai
waktu meraka untuk menjadi besar.”
“Jadi selama ini…” Ucapku
terhenti sebelum aku selesai melanjutkannya.
“Ya benar, mereka dating
sama sepertimu. Memintaku untuk kembali, bahkan meintaku untuk berhenti sekali
pun. Dengan berbagai tipu daya mereka.” Nampaknya Masa mulai banyak bercerita.
“Jadi, kau sudah tahu
strategiku tadi ??”
“Tentu saja.”
“Tapi ini Masalahnya
berbeda, Masa. Mereka itu orang tuaku sendiri.”
“Semua Masalah sama saja.”
“Bagaimana jika aku
mencintai keduanya ??”
“Percayalah, ini hanyalah Masalah
waktu.”
“Lantas, bagaimana aku akan
melewati hari-hari setelah ini ??”
“Tidak perlu diambil pusing,
bahkan semua pesawat terbang pun akan mengalami goncangan pada saat take off.
Walaupun itu telah ditangani oleh pilot yang sangat professional sekali pun.”
“Sebenarnya, apa salahku
selama ini, Masa ?? Masih kurangkah pengabdianku ??” Aku masih mengomel
sendiri.
“Semua diciptakan oleh Tuhan
dengan membawa maslahnya sendiri-sendiri.” Jelas Masa.
“…”Aku berganti hanya
mendengarkan ucapan masa.
“Coba lihatlah gambar di sekelilingmu
!!”
“Hanya terdapat baliho
partai politik yang meminta dukungannya.”
“Dan kini perhatikan berita
di sekitarmu !!”
“Sejak kemarin aku hanya
mendengar berita tentang kasus korupsi yang tak kunjung usai.”
“Sepertinya kau mulai
mengerti maksudku.”
Membutuhkan waktu lama untuk
mengerti apa yang dimaksudkan oleh masa. Kami sempat berjalan dalam diam untuk
beberapa saat ketika aku mecoba menerka-nerka dua hal yang diuratakan oleh masa
tadi. Aku baru tersadar tatkala ia menunjuk ke arah jam dinding yang berada di
bahu jalan. Relasi dengan makna implisit yang dibuatnya begitu menakjubkan.
Hargailah waktumu, masamu.
Ketika mereka berkompetisi untuk memenangkan hati para rakyat dengan berbagai
tipu daya dan akal bulus kecerdikan otak mereka. Membuat mereka dapat dengan
mudahnya tembus memasuki gedung dewan, dan duduk di kursi kepengurusan sebagai
wakil rakyat (katanya). Namun semuanya sirna ketika amanah bukan lagi genggaman
utama, melainkan telah tergantikan oleh harta benda. Demia uang, apapun dapat
disigkirkan. Dan hanya dengan uang, semua dapat dengan mudah dibereskan. Hingga
akhirnya mereka mendekam, dibalik jeruji besi. Lucunya mereka masih bisa saja
mengelak saat bukti telah ada di depan mata. Sungguh hebat !!
Benar juga, waktu bukanlah
hal yangs sepele yang adapat kita kesampingkan. Waktu atau masa adalah
prioritas utama yang seharusnya patut kita perhitungkan. Kata Bung Karno, JAS
MERAH, Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. Masa lalu bukan seharusnya untuk
kita buang, tetapi justru harus kita kenang. Sebagai buah tangan cantik nan
menarik dari masa.
“Teman-temanku acap kali
tidak menggunakan hasduknya dengan benar di sekolah.” Kataku sembari tersenyum
lega.
“Itu salah satunya” Balasnya
mengiyakan
“Sampai-sampai mereka
menggunakannya untuk bermain, lap kotoran, hingga bunga-bungaan”
“Padahal kita semua tahu apa
warna di balik dwi warna itu”
“Dua warna sacral yang
kental dengan nilai perjuangan”
“masa, bantu aku dalam
menghadapi dunia ini”
“Tentu saja, Sofia.”
Kini aku mengerti maksud
dari masa yang diberikan kepadaku. Cerah sudah pikiranku. Tenang hatiku. Dan
yang paling penting, adalah terjawab sudah tanda Tanya besar di kepalaku
kepadanya.
“Tapi, tunggu sebentar. Dari
mana kau bisa tahu namaku ??”
Oleh
: SAM98 (Malang, Jumat 18 September 2015 01:01:00)
0 komentar:
Posting Komentar