Sebulan yang lalu, Tepat pada h+7 setelah hari ulang tahunku. Pagi itu, tatapanmu masih mengisyaratkan sesuatu hal yang sama. Pandanganmu masih terkesan cuek dan tak peduli.
Sebulan yang lalu, kau menggalaukan hatiku setelah kawanmu memberikan sebuah kabar yang tak pernah kudugasebelumnya. Bahwa kau telah membalas perasaanku selama ini.
Sebulan yang lalu, adalah titik puncak dari segala penantian panjangku selama ini. Kau utarakan seluruh isi hatimu yang tak pernah ku ketahui sebelumnya. Ternyata, dibalik ketajaman tatapan sinismu itu tersimpan sebuah kasih sayang yang penuh dengan kelembutan.
Sebulan yang lalu, pecahlah seluruh kegundahan di jiwa yang telah merisukan dada. Terbukan lebar pintu masa depan bersama mu kelak.
Sebulan yang lalu, tersimpulkan senyum kecil yang pernah hilang dari dirimu yang sering kutunggu. Terjawab sudah seluruh teka-teki yang saling bersilang di dalam otakku ini.
Ini masih awal, Mas. Baru sebulan setelah peresmian kita kemarin. Masih banyak hal yang belum kita ketahui satu sama lain. Juga masih banyak waktu yang (mungkin) akan kita lewati bersama. Mas, tolong pertahankan rasamu ini. Agar kelak kita dapat menuai hari.
Tapi…
Mas, mungkin baru satu bulan kita bersama. Masih banyak hal yang belum kau tahu tentang aku. Aku juga tak mengerti banyak tentang dirimu. Ketahuilah, ada satu hal yang harus kau tahu tentang aku. Kau adalah yang pertama, Mas. Pertama untukku.
Mas, akan kuikat kau dengan rantai kasih sayang, dan kujerat dengan penuh kehangatan pada setiap ujungnya. Lalu kau akan kumasukkan ke dalam laci lemari otakku yang terdalam. Kukunci dan kugembok kamu. Akan kubuang kunci itu ke dalam samudra dan kutinggal begitu saja.
Kau tahu, Mas ?? Mengapa aku melakukan hal itu ?? Agar kamu senantiasa terperangkap dan selalu berada di sana menjadi sebuah kenangan, Mas.
Mas, aku berharap. Dengan adanya secarik goresan kalbuku ini. Mampu membuat kita bersama lebih dari sekedar selamanya…
Baru dua bulan, setelah pertemuan singkat kita kala itu. Yang cukup membuatku kaget bukan kepalang. Sebuha peresmian yang selama ini aku nantikan.
Baru dua bulan, setelah kau memberikan hadiah yang terindah sebagai kado spesial hari ulang tahunku waktu itu, sebuah senyuman.
Baru dua bulan, kita saling mengenal satu sama lain. Menampakkan sifat asli kita masing-masing, dan mulai membaur bersama.
Baru dua bulan, kebersamaan itu saling terjalin. Kita masih saja sungkan untuk mengutarakan perasaan kita sendiri. Entah itu sayang, rindu, gelisah, atau pun ingin bertemu.
Mas, kau tahu ?? aku mengibaratkan kita sekarang sedang berada di tengah samudra lepas. Kita sedang berlayar dengan perahu kecil, yang sering kita sebut sebagai sampan. Kita hanya bermodalkan dua buah pendayung dan layar besar sebagai penghalau angin. Tanpa ada kompas atau pun para Anak Buah Kapal yang selalu senantiasa membantu kita.
Sekarang. Kitalah nahkodanya Mas. Membawa sampan kecil itu kian kemari, mengarungi ombak yang tak pernah lelah menari dengan Sang Angin. Akan dibawa kemana pun sampan itu, kita yang tentukan Mas. Ya, kita. Hanya kita…
Wajar rasanya, jika kita terkadang menemukan gelombang besar yang menerjang kita. Menggulung semua hal yang ada di depan mata kita. Tapi, aku yakin kita pasti bisa melaluinya.
Kau selalu menyiapkan ember kecil di atas sampan yang kita naiki. Untuk apa ?? Kau berkata untuk membuang air laut yang masuk, agar kita tidak basah kuyub. Agar sampan kita tidak tenggelam dimakan oleh gelombang itu.
insyAllah, aku percaya kepadamu, Mas. Tapi aku hanya ingin mengingatkan saja. Jika ini barulah fakta awal semata. Kita belum mengetahui seperti apa dan bagaimana kah laut itu yang sebenarnya. Kita belum menjumpai badai besar, di tengah derasnya air hujan. Atau pun angin topan yang terus berputar dengan hebatnya.
Mampukah kita melewati itu semua ?? Dan bagaimanakah caranya ?? Akan kah kita akan terus berjalan, menerjang semua yang ada. Atau mungkin kita akan singgah di pulau yang akan kita temui nanti. Atau membenamkan diri di tengah lautan lepas. Atau kita akan kembali lagi ke pelabuhan, yang kemarin kita tinggalkan.
satu, dua, dan tiga...
sepertinya kita sedang belajar untuk mengeja. menghitung bagaimana dalam melaui hidup itu yang sebenarnya. memaknainya dengan berbagai macam halangan yang ada. dan untuk kesekian kalinya, kamu membuatku baghagia entah dengan cara apa. aku pun tidak mengetahuinya. tapi yang jelas, aku begitu menyukainya.
terima kasih atas semua kata yang pernah kamu ucap kan kaka itu, terima kasih atas luangan waktu yang sempat kamu berikan. terima kasih atas semua perhatian yang dulu pernah diberikan kepadaku. dan terima aksih atas semuanya saat itu.
warna baru yang kamu berikan membuatku mengerti bagaimana memaknai hidup itu yang sebenarnya. satu, dua, tiga..
satu, dua, tiga,
suatu masa dimana menjadi sangat berharga :)
Didedikasikan untuk MDS
Oleh : SAM98 (Selasa, 9 Juni 2015)
0 komentar:
Posting Komentar