Graphic Vocational English Debate...
“Debat selalu memiliki dunia sendiri, dunia dimana jika
telah masuk di dalamnya. Kita akan melupakan semua masalah yang ada dan hanya
menikmati berpikir tentang strategi perang dalam kata”
Well, itulah yang Kami rasakan setiap kali masuk ke dunia
debat. Masalah apapun pasti langsung terlupakan dan hanya memikirkan debat dan
bagaimana bisa menang di setiap ronde. Juga merasakan sensasi menang dan kalah
di setiap rondenya. Merasakan berada di atas angin dari yang lain dan merasakan
terperosok dan kalah. Ya itu semua adalah proses dari sebuah pembelajaran.
Sensasi itu yang ingin Kami rasakan seterusnya. Debate can ease our pain away.
Graphic Vocational English Debate..
Kali ini kami datang lagi, -seperti biasa- secara bersama-sama.
Gridation 2014, PGRI 2 English Competition, akan menutup tahun dengan turnamen
yang super meriah. Bertujuan sebagai perayaan HUT SMK PGRI 2 Kediri
mempersembahkan 2 kompetisi yang amat menarik. Yakni English Speech dan English
Debate.
Dan kami selaku kontingen dari Kota malang telah siap
mengirim 8 tim besar. Empat diantaranya adalah team dari SMK Negeri 4 Malang
(Muchammad-XIMMC, Nur Rohim-XIRPLA, Rio Irvansyah-XIRPLA >>> Team A;
Eka Nurcahyaningsih-XIIMMA, Alfinda rahma-XIRPLA, Febri Amalia Putri-XIIMMB
>>> Team B; Sofia Ari Murti-XMMA, Silfia Refa-XMMA, Murtyas
Puspasari-XMMA >>> Team C; Maria FernandaXPSB, Tati Kumairoh-XMMD,
Fira Martha-XMMA >>> Team D), sedangkan sisanya adalah team kiriman
dari SMA Negeri 7 Malang.
Untuk pertandingan spesial ini, kami telah
mempersiapkannya kurang dari satu bulan. Waktu kami memang sangat singkat. Kami
Bulan lalu, kami juga baru saja mengikuti English Fair di FE UB dan ALSA Debate
Competition di FH UB. Tak hanya itu, waktu latihan kami juga ikut berkurang
akibat dari pelaksanaan UAS yang dilaksanakan pada awal bulan Desember ini.
Maka selepas Ujian, kami benar-benar memanfaatkan waktu semaksimal mungkin
untuk latihan. Di sela-sela melengkapi Tugas Akhir Produktif, terkadang juga
kami suka curi-curi waktu untuk sekedar rehat sejenak sambil latihan di
Basecamp GVED.
Bapak Triyudi Yudawan, yang akrab kami sapa Mr.Yu, juga
dapat memaklumi keadaan ini. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa akhir semester
adalah jadwal terpadat bagi para siswa. Terlebih lagi bagi para gurunya. Pak
Yudi yang notabene adalah Guru Bahasa Inggris di SMK Negeri 4 Malang ini pun
tak ingin memaksakan siswanya untuk berlatih. Beliau mengatakan bahwa kami
harus memprioritaskan Materi Sekolah dahulu, setelah rampung baru urusi masalah
lomba. Ujarnya menasehati kami seraya memasukka data siswa yang akan di kirim
ke bagian Kesiswaan.
Selepas, pengambilan raport agenda yang rutin
dilaksanakan adalah libur sekolah selama 2 minggu lamanya. Selain libur
sekolah, juga sebagai libur natal dan awal tahun. Namun berbeda dengan kami,
kami masih tetap menjalani latihan saat libur tiba. Kurang lebih tiga hari
waktu libur harus kami pergunakan untuk latihan. Pengganti waktu yang terbuang
secara percuma tak maksimal akhir-akhir ini. Kami juga tidak keberatan dengan
ini semua, malahan kami juga melakukan latihan gabungan bersama dengan SevenUp,
Grup English Debate dari SMA Negeri 7 Malang ini.
Bukan hanya sekali dua kali saja kami melakukan latihan
gabungan dengan SevenUp, tetapi hampir setiap bulannya kami melakukan kunjungan
rutin secara bergantian. Tujuan sederhana saja, kami hanya ingin meningkatkan kualitas
berbahasa inggris kami. Tak hanya itu, kami juga ingin menjalin tali
silaturahmi diantara para Debater juga menambah teman dari antar anggotanya.
Oleh
karenanya bukan hanya dengan SevenUp saja kami melakukan latihan gabungan,
banyak sekolah yang melakukan kunjungan ke SMK Negeri 4 Malang untuk saling
bertukar pengalaman Debat. Seperti halnya SMK Negeri 1 Kepanjen, SMA Negeri1
Sumber Pucung, SMK Negeri 1 Kediri, SMA Negeri 4 Malang, dan lain sebagainya. Namun
diluar itu semua, dalam pertandingan maka tak ada yang namanya kawan. Seraya
bersikap sportif, semua adalah lawana yang harus kami hadapi secara mekasimal.
Mulai
hari Senin hingga hari Rabu, tepatnya pada tanggal 22 s.d. 24 Desember 2014
kami berada di sekolah. Melakukan simulasi debat dengan mendatangkan GVED
Generasi 1 s.d. 3 sebagai Adju
–Adjudicator, Sebutan bagi juri- yang kini telah
terkenal dimana-mana. Tujuannya agar semua kegiatan dapat diatasi dan
terlaksanakan dengan lancar. Kami biasa di bagi menjadi tiga hingga 4 chamber.
Karena maklum saja setiap kali latihan ada sekiran 6 s.d. 8 team.
Latihan
dilaksanakan pada pukul 08.00 s.d. 14.00, kami juga diwajibkan membawa bekal
dari rumah. Karena kantin sekolah akan tutup saat liburan sekolah -_- Dan
sekali lagi, saat-saat seperti ini yang akan kami rindukan. Makan siang
bersama, tukar menukar menu makanan, hingga saling suap-menyuap antar anggota.
Hahaha, lucu memang. Hal-hal sederhana namun sangat bermakna.
Kami
berangkat dua dari setelahnya, tepatnya pada tanggal 26 Desember 2014, setelah
semalam kami berduapuluhdelapan menginap di sekolah. Ya, kami memang sering
memutuskan untuk menginap di sekolah. Dengan alasan efisiensi waktu, pertama
kami dapat berangkat secara bersama-sama tanpa takut akan adanya alasan
terlambat dan lain sebagainya, dan yang kedua kami masih dapat melakukan
latihan malam sebagai gladi bersih persiapa lomba kali ini. Kami ingin
melakukan ritual rutin kami sebelum bertanding. Kami sering melakukan latihan
bersama pada tengah malam dan shalat tahajut juga bersama pada sepertiga malam.
Yang akan menguatkan kami dalam setiap perlombaan. Hingga paginya kami
berangkat bersama-sama dengan angkutan umum.
Kali
ini kami berangkat dengan berbagai keadaan yang ada, di satu sisi kami begitu
bersemangat menyambut suka cita perlombaan yang akan hadir di depan mata.
Sedang di sisi lain terdapat sahabt kita yang tengah asik merayakan Hari Raya
Natal lantas harus kami usik kesakralannya dengan keberangkatan kami ke Kota
Kediri. Tapi, apa mau dikata kami memang harus mengikuti prosedur yang ada.
Profesional adalah kunci kerja. Maka dari itu kami tidak ingin mengingkarinya
barang sedikit saja.
Merekapun
harus puas dengan merayakan Natal hanya bersama dengan kami teman-teman
terdekatnya, tanpa bersama dengan oarng tua atau saudara-saudara mereka. Namun
lebih dari itu, meraka juga tidak keberatan, karena peringatan Natal jatuh tak hanya dalam bentuk fisik seperti berkumpul
dan berdoa bersama atau bertukar kado dan lain sebagainya. Tetapi lebih kepada
bagaimana memaknai Hari Besar itu dari dalam hati yang tulus ikhlas dalam balutan
keyakinan yang kuat serta untaian doa yang senantiasa mereka panjatkan tanpa
henti disamping doa dalam meminta kemenangan.
Sedang
di luar itu, satu hal yang selalu ingat dan akan selalu menjadi wanti-wanti di
setiap keberangkatakan kami nanti ke perlombaan di luar kota. Jangan lupa untuk
memesan tiket kereta jauh-jauh hari, teruatam saat hari-hari libur atau hari
besar nasional seperti ini. Mengapa kami bilang seperti
itu ?? .Inilah alasan yang membuat kami harus memilih bis
sebagai satu-satunya transportasi yang masih tersisa. Karena terlalu sibuk
dengan latihan, hingga pada akhirnya kami lupa untuk membeli tiket kereta api
jurusan kediri. Karena semua tiket keberangkatan dan kepulangan
telah habis terjual sejak seminggu yang lalu. Jadi, kami telah kehabisan tiket
untuk berangkat dan pulang ke kediri.
Bukan
maksud kami untuk pilih-pilih, namun kami hanya ingin memaksimalkan segala
sesuatu yang kami punya. Ada banyak pertimbangan yang membuat kami lebih
memilih kereta api sebagai transportasi andalan bagi kami. Pertama, tentu saja
karena masalah harga yang relatif lebih murah ketimbang harga bis. Harga yang
ditawarkan oleh kereta api dapat mencapai setengah harga dari biaya tiket bis.
Kedua, tingkat keamanan yang lebih rentan longgar jika kita mengendarai bis.
Memang kita tidak dapat menjamin jika kita mengendarai kereta kita tidak akan
kecolongan atau lain semacamnya, namun paling tidak jika di dalam kereta kita
dapat mengontrol barang kita sendiri secara intensif. Sedang di dalam bis, banyaknya
penumpang yang dapat diangkut –penumpang berdiri terutama- membuatnya sering
lengah oleh tipu daya para pelaku tindak kriminal tersebut. Dan yang terakhir
adalah faktor kenyamanan, ini yang kami rasa adalah faktor terpenting di atas
segalanya. Di sini yang akan kami bicarakan adalah efisiensi waktu, karena
dengan berdiam diri berjam-jam di atas transportasi umu adalah hal yang sangat
menjemukan. Kiranya itulah yang membuat kami lebih menyukai kereta sebagai
pilihan kami dalam setiap perjalanan lomba kami.
Seperti selayaknya
lomba-lomba yang lain, di Gridation juga terdapat Technical Meeting atau yang
kerap kami sebut dengan TM. Yang berguna untuk menyatukan segala persepsi yang
ada serta menjawab semua pertanyaan yang selama ini menjadi tanda tanya besar
bagi para peserta lomba juga bagi para pembimbing. Juga sebagai
pengklarifikasian kesimpangsiuran kabar yang selama ini beredar di masyarakat.
TM ini sangatlah penting. bagaimana tidak, kegitan yang dianggap sepele yang
dianggap sepele ini sebagai wujud keseriusan dari pihak panitian untuk
meyakinkan kepada para peserta mengenai jadwal dan rundown acara pelaksanaan
lomba tersebut. Biasanya berisi pembukaan lomba dan tanys jawab antar peserta
lomba dengan panitian pelaksana. Dan kali ini TM untuk bidang lomba English
Debate diserahkan sepenuhnya kepada Mas Rizal-Sidoarjo selaku CA dan Mbak Nila-
UB selaku DCA pendamping.
Di sini kami telah
disediakan akomodasi penginapan oleh pihak SMK PGRI 2 Kediri. Kami disediakan
empat buah ruang kelas sebagai tempat menginap kami kali ini. Dilengkapi dengan
karpet berbulu serta bantal dan guling sebagai pendampingnya. Sangat nyaman
karena tempat ini terdekor rapi dan bersih sehingga membuat kami merasa begitu
betah menginap di sini. Belum lagi, sekamar bersama dengan kurang lebih tujuh
teman. Membuat kami merasakan kembali sebuah kebersamaan di Kota Tahu ini. Dan
untuk kali ini kami begitu mengapresiasi pemberian dari panitia yang memberikan pelaansn prima dengan
berkali-kali mengucapkan terima kasih. Di sini kami tidak sendiri, ada juga
dari sekolah lain yang juga ikut menginap di sini. Seperti dari SMK Negeri 1
Nganjuk dan juga MBI Amanatul Ummah Mojokerto. Lantas selanjutnya kami bermalam
dengan nyenyak. Guna menyiapkan tenaga dan menyegarkan pikiran yang akan
digunakan pada keesokan harinya.
Hari pertama, Sabtu 29
Desember 2014, bertatap muka dengan tepat 31 team lawan yang berasal dari
berbagai kota di Jawa Timur. Mulai dari Sidoarjo, Nganjuk, Mojokerto, hingga
Ponorogo pun datang untuk saling berebut Piala juara satu serta uang tunai
senilai 1,5 juta rupiah. Adju datang setelah dijemput oleh pihak panitian dan
melakukan Briefing singkat guna berkoordinasi untuk hari ini. Motion Lauch
dimulai pada pukul 07.00, tepat 30 menit setelah peserta berkumpul. Pusat
kegiatan dilaksanakan di Hall Sekolah, sedang pelaksanaannya di lakukan di
ruang kelas masing-masing yang telah disediakan. Karena beberapa faktor,
akhirnya babak Pre-Eliminary dilaksanakan secara bershift sebanyak 3 sesi. Team
yang mendapatkan shift kedua akan melakukan casebuliding 30 menit sebelum debat
shift 1 selesai. Setiap ruangan akan berisi satu hingga tiga orang adju yang akan
memberikan judgement dan verbal kepada setiap teamnya. Pada setiap
Pre-eliminary nya akan di account jumlah point atau VP nya, yang nantinya akan
digunakan sebagai penentu ranking team tersebut. Ranking dimana yang akan
digunakan sebagai penentu Octofinalis.
To Be Continue...
Oleh : SAM98 (Minggu, 28 Maret 2015)
0 komentar:
Posting Komentar