” Karena tidak ada kasih sayang yang
sesungguhnya abadi dalam pikiran kita selain kasih sayang seorang ibu yang
selalu kita ingat sampai kita berakhir nanti ” Agnes Davonar
Dalam
hidup, kita memiliki banyak kasih sayang. Kasih sayang yang mungkin bagi
sebagian orang hanya sesaat tapi bagi yang lain menjadi abadi selamanya.
Seperti kisah ini, kisah kasih sayang seorang ibu yang aku harapkan pernah
terjadi dalam pada hidup kalian tapi tidak kalian sia-siakan. Ingatlah, Kasih
sayang seorang ibu tidak akan pernah berhenti ia berikan dalam keadaan apapun.
Semoga kisah ini menyadarkan kalian betapa penting arti ibu dalam hidup kalian.
Aku punya seorang ibu, dalam usia
yang muda, ia melahirkanku karena pernikahannya yang muda. Ayah dan ibu hidup
bahagia dan melahirkan aku yang manja dan serba hidup cukup. Sampai umurku 7
tahun, aku selalu mendapatkan apapun yang aku inginkan. Untungnya aku pintar
sehingga selalu menjadi juara kelas. Kata guruku sih, aku ini jenius sehingga
walaupun tanpa belajar pun nilai ujian di kelasku selalu mendapatkan nilai A.
Kebahagiaan yang aku rasakan dan
kemewahan yang aku rasakan semua tiba-tiba menjadi sirna ketika ayah mengalami
kecelakaan. Ia meninggal dan meninggalkan hutang yang begitu besar. Aku tidak
pernah siap miskin tapi tidak dengan ibu. Kami kehilangan rumah dan harus
tinggal dirumah susun murah yang hanya memiliki satu ruangan dengan satu kamar.
Ibu tau, aku pintar dan tidak seharusnya berhenti sekolah, karena penikahan
yang muda dan ditentang keluarga akhirnya ibu terusir dari keluarganya.
Sedangkan orang tua ayah, sudah tak ada siapapun yang mau membantu kehidupan
kami.
Setelah menjual segala perhiasan
yang ia miliki. Ibu memiliki ide untuk berjualan bakmi ayam. Saat itu umurku 13
tahun. Ia masih harus menanggung hutang-hutang ayah yang harus ia bayar.
“ ibu akan berjualan bakmi untuk
membantu kehidupan kita. Angel bantu-bantu.. ibu ya?”
Aku terdiam dan rasanya tidak
menyukai ide ibu.
“ ibu akan jualan bakmi dimana?
Memangnya ibu bisa buat bakmi?” tanyaku.
“ Loh dulu nenek ibu kan dagang
bakmi, jadi ibu tau resepnya. lalu mungkin ibu berdagang di depan jalan besar
depan komplek. Disitu banyak orang yang kerja di pasar. Kali-kali saja laris.
Sehingga kamu bisa tetap sekolah.”
“ aku gak mau.. aku malu. Ibu saja
yang jualan, aku gak mau bantu..”
“ iya nak, kamu gak usah bantu ibu,
kamu cukup belajar yang giat dan ibu yang nantinya akan bekerja..besok ibu akan
pergi ke sekolah kamu untuk mencoba meminta beasiswa..”
Aku senang ibu tidak mengharapkan
aku berjualan bersamanya. Apa jadinya kata orang tentangku. Ibu memiliki
gerobak bakmi yang ia beli bekas dan setiap pagi ia akan mendorong gerobak itu
ke lapak tempatnya berjualan lalu sepagi mungkin sebelum matahari terbit ia
sudah tidak ada di rumah ketika aku bangun. Ia tidak pernah memintaku untuk
berjualan tapi terkadang aku membantunya untuk sekedar memotong bawang putih
dan hanya tugas-tugas mudah di dalam rumah yang terpenting aku tidak sudi ikut
berdagang dengan ibu.
Teman-temanku, mungkin tau. Kalau
ayahku telah meninggal. Tapi mereka tidak pernah tau kalau keluargaku jatuh
miskin. Ibu berhasil mendapatkan beasiswa untukku sehingga aku tidak pe