“Ya,
cukup sekian pelajaran saya hari ini mengenai Bab ‘Berbakti Kepada Orang Tua’. Jadi
dapat kita simpulkan bahwasanya orang tua itu bukan sekedar pengasuh kita saja,
bukan juga sekedar seseorang yang merawat kita saja. Lebih dari itu, mereka
adalah guru besar kita yang sangat menginspirasi, Guru Kehidupan bagi kita
semua.”
Kalimat
penutupan dari Pak Ali tadi, masih saja kuingat. Sedari tadi, aku terdiam hanya
karena merenugnkan kata – kata yang teruucap dari bibirnya tersebut. Sungguh !!!
Luar biasa. Tetapi, yang masiih aku bingungkan adalah mengapa harus orang tua
kita yang menjadi Guru Kehidupan bagi kita ??? gan hal apakan yang membuat
orang tua kita menjadi seorang guru yang inspiratif ???
Itulah
sebanya aku berada di sini sekarang. Di dalam kamar kecil yang dipenuhi dengan
tumpukan buku – buku religi. Dan hingga kini akku belum juga menemukan jawaban
atas semua itu. Walaupun hamper semua buku itu telah kubaca dengan habis.
Pernah
suatu ketika, aku menyempatkan waktuku untuk bertanya masalah itu. Ustadzah Fia
adalah pilihanKu untuk kumitai keterangan lebih. Dan lagi – lagi, hanya jawaban
singkat yang kuterima…
“Ya,
karena pembelajaran Tata Kehidupan tiidak dicantumkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional ke dalam kurikulum pembelajaran”
“Maaf
Ustadzah, bias tolong diperjelas lagi
maksudnya ???”
“Sepertinya
masalah ini merupakan PR baru untuk kamu. Coba kamu cari tahu sendiri
jawabannya. Karena yang bias menjawab pertanyaan tersebut adalah dirimu sendiri”
“Tetapi, Ustadzah bukan
kah…”
“Sudah sudah, sebentar
lagi kau akan menemukan jawabannya, gadis manis. Percayalah…”
“Hmmm… baiklah Ustadzah…”
Apalagi maksud dari
semua ini ??? hanya diriku sendirilah yang dapat memecahkan masalah ini ???
Jika memang akulah yang mampu menjawabnya, tapi mengapa hingga kini tak kunjung
menemukan jawaban tersebut ??? Justru aku dibuat semakin bingung dengan semua
ini. Bukan itu jawaban yang aku minta…
Tak lama kemudian,
seruan suci dari Sang Ilah Robbi membuyarkan konsentrasiku. Kata demi kata yang
teruntai menjadi sebuah rajutan kalimat nan syahdu. Nadanya yang selalu
membuatku rindu akan keteduhan yang dibawanya. Dari luar sana, terliihat bayang
– bayang suatu benda yang mulai tampak lebih panjang dari dirinya sendiri. Yang
menandakan bahwa telah tiba masa Ashar.
Aku basuhkan diri ini
pada tirta penyejuk jiwa, guna sucikan raga dari hadas yang selal ini melekat. Juga
najis yang membuat setiap manusia tidak pernah luput dari kata ‘Khilaf’. Dari dalam
lubuk hatiku yang terdalam, aku juga berharap agar dosa – dosaku ikut luntur,
terus larut bersama dengan air wudhu yang aku siramkan.
Telah lama aku
hanyutkan diri ini pada lantunan doa di setiap sembah sujud yang aku panjatkan.
Rasanya empat rakaat belumlah cukup untuk menambal dosa – dosa yang sering kali
kuperbuat. Hanya dengan memujaMu, menyembah hanya kepadaMu. Gan hanya mengharapkan
keridhoanMu, Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Dan aku percaya akan hal itu…
“Ya
Allah, berikanlah HidayahMu. Sehingga aku mampu memaknai hidup yang indah ini
menjadi lebih sempurna…”
Bersambung…
Oleh
: SAM98 (Jumat, 28 Februari 2014)
0 komentar:
Posting Komentar