Minggu, 13 Desember 2015

Pesawatku


            Ini adalah kali ketiga terdapat pesawat terbang yang melintas di atas sana. Lampunya yang temeram berkedip genit ke arahku yang kala itu sedang termenung sendiri di atas balkon rumah. Cahayanya yang kelap kelip menjauh seiring dengan kabut yang menutupi angkasa luar.
            “Hai, Shafira. Apa yang sedang kau lalukan di luar sana ??”, Dia menyapaku dengan ramahnya.
“Aku di sini sedang menunggu bintang-bintang itu muncul”
“Sudah gila kau rupanya”
“Entahlah, Pesawat. Namun sejak tadi aku tak kunjung mendapati bintang-bintang itu.”
“Bagaimana tidak, cuaca sekarang sedang mendung. Jelas saja kau tidak dapat bertemu dengan bintang-bintang itu. Karena memang mereka akan kalah bersaing dengan awan mendung yang sedang menggelantung itu.”
“tetapi sekarang aku sedang membutuhkan mereka. Saat ini aku ingin banyak bercerita kisahku kepada mereka. Aku sendiri di sini”
“Tidak shafira, tidak. Kau tidaklah sendiri, ada aku di sini.”
“Kau memang benar, pesawat. Kini maukah kau menemani ku dalam menghabiskan malam ini dengan mendengarkan ceritaku ??”

“Ya, aku mau. Bahkan aku ingi sekali. Tetapi aku tidak bisa, Sobat”
“Mengapa ??”
“Aku tidak bisa berdiam terlalu lama di sini. Tuan pilot itu harus membawa ku pergi ke tempat yang ia tuju.”
“Owh, begitu rupanya. Baiklah, Pesawat. Aku sadar akah hal itu, aku tahu dan faham sekali posisimu. Sekarang pergilah, arungi langit mendung ini dengan penuh kehati-hatian.”
“Sampai jumpa lagi, Shafira. Cobalah untuk berbicara dengan yang lainnya.”
“Akan aku coba, aku titip rasa gundahku agar kau bawa pergi”, Dan kini awan pun juga telah membawa pergi sahabatku yang lain lagi.
Dan lagi-lagi di malam yang sesunyi ini aku sedniti tidak ada yang menemani. Serta untuk kesekian kalinya aku merasakan kesepian yang menyeruak kemana-mana seakan menerkan sekujur tubuhku.
Diam-diam, rupanya purnama itu sedang mendengarkan perbincanganku dengan pesawat beberapa waktu yang lalu. Tamak sekali, dia hanya mengintip di balik awan mendung yang hitam itu. Namun dia sepertinya sangat enggan untuk sekedar mengunghkapkan pikirannya.
“Selamat malam, Purnama” Sapaku untuk mulai membuka perbincangan kali ini.
“…”
“Hei, Purnama. Tolong temani aku ya..” Lanjutku tanpa mendapatkan balasan sedikit pun.
“…”
“Aku sendiri, Purnama”
“…” Dan dia tetap saja terdiam seribu bahasa. Walaupun dia sebenarnya dapat mendengarkan kicauanku sedari tadi.
“Oh iyah, kemana perginya kawanmu malam ini ?? Aku sedang ingin bercerita”
“…” Dasar keras kepala memang Purnama itu. Dia sebenarnya tahu, tapi tidak merasa. Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu. Entah apa yang sedang ada dipikirannya sekarang hingga ia bersikap dingin seperti itu. Dan hingga kini, belum pernah sekali pun aku mendengarnya berbincang dengan lintang-lintang di atas sana. Bahkan bersin pun tidak. Dasar aneh -_-


Panggil saja aku dengan sebutan Shafira, ya teman-temanku biasa memanggilku demikian. Aku adalah gadis muda yang begitu senang bertemankan dengan hal-hal yang sekiranya tidak dapat dicapai oleh orang lain. Hal-hal di atas adalah hanya sebatas percakapan kecilku dengan mereka di kala aku mulai bosan dengan kehidupan ini.
Aku suka melihat bagaimana hidup ini dalam pandangan yang berbeda daripada orang lain. Mungkin mereka lebih suka menggunakan istihal ‘Out Of The Box’ untuk hal ini.
Aku senang berkhayal dengan imajinasiku sendiri perihal pernyataan aneh yang jarang atau bahkan tidak pernah aku pikirkan sebelumnya. Namun anehnya, banyak teman yang menyukai hal itu. Membuatku banyak sekali memiliki mitra yang beragam dari mana saja.
Itulah yang membuat kehidupan ku saat ini begitu berwarna. Berimajinasi dengan berbagai kemungkinan aneh yang tidak akan terjadi. lalu tersenyum sendiri, menertawakan hal-hal gila apa yang telah aku pikirkan J hahahah
Dan entah mengapa, aku begitu mencintai keanehanku ini. Ya walaupun banyak diantara mereka yang melihatku sedikit tidak waras atas berbagai tindakanku ini. Tapi jujur, aku akan terasa lebih nyaman jika aku dapat berteman dengan mereka.
Aku tidak pernah percaya kepada manusia. Karena mereka adalah makhluk ciptaanNya yang telah mengingkari janji yang telah mereka buat sendiri. Mereka berjanji kepada Tuhan akan berlaku baik kepada sesamanya, tapi apa buktinya ?? Hanya palsu belaka, tidak guna.
“Aku benci kepada mereka, Bintang.”
“Ada apa, Shafira ?? Mengapa kau mengumpat ??”
“Aku lelah akan semua ini, aku tidak suka hal ini terjadi kepada ku.”
“Terkadang kehidupan memang menyakitkan, kau tahu lotre kan ??”
“Tapi aku mencintai keduanya, Ayahku, Ibuku”
“Bagaimana jika memang itulah yang terbaik ??”
“Untuk siapa ?? Itu hanya untuk mereka, Bintang. Bukan untukku, aku masih membutuhkan mereka. Sangat …”
“Mereka hanya berganti status, namun tidak akan pernah dapat berganti posisi.”
“Maksudmu ??”
“Ya, mereka hanya bukan sebagai suami istri. Tetapi mereka tetaplah orang tuamu kan. Kau masih dapat merasakan kasih sayang mereka, secara merata.”
“Lantas, bagaimana dengan rasa sakit ini ??”
“Ini hanyalah masalah waktu,”
 “Dapatkah kau mengobatinya ??”
“Dan hanya dirimu lah yang dapat mengobati lukamu sendiri. Kau yang tahu rasanya, dan tentu saja kau yang tahu bagaimana cara mengobatinya.”
“Tidak dapatkah obat pereda rasa sakit itu mampu untuk mengobati lukaku ini ?? Ini sakit sekali, begitu sakit.”
“Percayalah, ini hanyalah masalah waktu. Aku yakin kamu kuat, Shafira.”
Kala itu, keadaan ku begitu terpuruk. Ketika salah satu diantara mereka pergi, menjauh dari duniaku dan ia lebih memilih membuat dunia nya yang baru. Sedang aku di sini masih dengan dunia lama ditemani dengan nya yang lain yang masih dengan setia bertumpu kepadaku.
Aku kesal, sebal, muntap, dan apalah itu namanya. Semuanya aku anggap bersalah, hanya aku sajalah yang paling benar. Bahkan Bintang saja, guru kehidupan terbijakku aku maki semauku sendiri. Aku tidak tahu.
Aku benar-benar berubah 1800, aku tidak dapat lagi melihat kehidupanku setelah ini. Semuanya dipenuhi dengan air mata kesedihan yang kian hari tak kunjung selesai. Peluh itu terus menetes tanpa henti, kau tahu hingga menciptakan alirannya sendiri. Dengan kantung mataku yang kian menghitam sebagai sumber air mata pada setipa malamnya.
Aku hanya mampu berkata sendiri di dalam hati, tanpa mampu untuk menguutarakannya kepada siapapun. Karena ku tahu, jika aku menguntapkan semuanya. Maka mereka juga akan merasakan hal yang sama, atau mungkin lebih.
Hanya masalah waktu..
Ya pernyataan itulah yang sedari tadi selalu terngiang di dalam benakku. Bagaimana bisa waktu dapat merubah itu semua. Aku beranggapan bahwa apa yang terjadi hari ini akan berpengaruh kedepannya nanti. Jadi aku mengasumsikan jika kehidupanku akan buruk saja nanti.
“Sudahlah, jangan dilamunkan Shafira” Ujar Bintang kepadaku mengagetkan.
“Ah kau ini, selalu datang secara tiba-tiba” Protesku.
“Hahahah J Bukan kah itu telah menjadi kebiasaanku ??”
“Benar juga”
“Jadi, apakah gerangan yang membuat si cantik berkerudung ini masih saja terjaga ??”
“Ya apalagi kalau bukan berkataanmu tempo hari”
“Kau masih ingat rupanya”
“Tentu saja aku masih ingat, sangat ingat bahkan”
“Lantas ??”
“Sekarang jawab pertanyaanku. Apa maksudmu berkata demikian ??”
“Yang masalah Waktu itu ??”
“Benar sekali”
“Cepat atau pun lambat, kau akan pulih kembali, Shafira”
“Kau selalu bergitu, maksudku lebih spesifik lagi”
“Kalau begitu, dapatkah kau menerkanya ??”
“Malah balik bertanya dia -_- Tapiii baik lah, akan aku coba”
“Silahkan saja !!”
“Seperti manusia yang mendapatkan penyakit begitu serius. Maka ia harus dioperasi, kemudian dokter akan membedah tubuhnya lalu mengeluarkan penyakit itu dari dalam tubuhnya. Dan hilanglah rasa sakit itu. Bagaimana ??”
“Hmmm, semudah itu kah ??”
“Nah itu dia. Yang menjadi pertanyaan sekarang. Bagaimana dengan luka bekas jatihan operasi tadi ?? Bukan kah itu tidak dapat pulih kembali, walaupun tanpa rasa sakit ??”
“Kau yang memberikna analogi, lantas kau sendiri yang kebingungan ??”
“Sekarang berikan jawabanmu atas semua ini, Bintang”
“Kau tahu Pesawat, bukan ??”
“Tentu saja, dia salah satu kawan terbaikku”
“Anggap saja masalahmu ini seperti pesawat yang sedang terbang, Shafira”
“Maksudnya ??”
“Jadi begini, dalam Pesawat memiliki tiga tahapan utama. Yakni take off, fly, dan landing. Benar begitu kan ??”
“Iyah, aku tahu itu. Tapi apa hubungannya ??”
“Sekarang pertanyaannya. Apakah kau pernah bepergian menggunakan pesawat, Shafira ??”
“Pernah, beberapa kali”
“Dan apa yang kamu rasakan ketika pertama kali kamu melakukan penerbangan pertamamu itu ??”
“Aku takut, takut sekali. Karena sejujurnya aku sedikit tidak menyukai ketinggian”
“Namun apakah yang kau rasakan setelah kau berada di atas ??”
“Biasa saja, ya seperti berkendara dengan angkutan umum yang lainnya. Terlebih lagi ada sensasi tersendiri”
“Itu yang aku maksudkan, Shafira”
“Ya ??”
“Bayangkan jika masalahmu adalah sebuah pesawat. Dan dirimu adalah pilotnya, yang memegang kendali sepenuhnya. Mungkin awalnya akan ada banyak keraguan ketika akan melakukan take off, guncangan dan lain sebagainya. Tetapi ingat, kau harus membawa begitu banyak penumpang yang harus kau antarkan sampai ke tempat tujuan. Masalahmu hanya ada di awal, Shafira. Selebihnya akan terasa aman jika kau telah melewati masa fly itu sendiri”
“Benar juga, Bintang. Sekarang aku paham apa maksudmu”
“Keputusan ada di tanganmu. Kau akan menunaikan tugas mulia sebagai pilot yang pantang mundur. Atau menyerah sebelum berangkat J

Oleh : SAM98 (Minggu, 13 Desember 2015 18:30:00)



1 komentar:

  1. Water Hack Burns 2lb of Fat OVERNIGHT

    At least 160 thousand men and women are using a easy and SECRET "liquids hack" to lose 1-2 lbs every night as they sleep.

    It's simple and works every time.

    This is how you can do it yourself:

    1) Hold a drinking glass and fill it half full

    2) And now use this awesome hack

    and you'll become 1-2 lbs skinnier as soon as tomorrow!

    BalasHapus