Sabtu, 19 September 2015

Suatu Masa


Hei Masa,
Dimana sejarah menjadi napak tilas sebuah cerita di balik adanya makna, roman dari awal lahirnya picisan kisah yang terbungkam tanpa kata dalam balutan ingatan Masa. Mungkin Masa masih ingat, sangat ingat bahkan, dengan detail bagaimana rincinya runtutan cerita yang ia punya dari waktu ke waktu. Ya, karena memang itulah tugasnya sebagai sebuah pengukur lama atau tidaknya suatu kisah. Namun sayangnya ia berlari begitu kencangnya. Enyah itu ia menggunakan sepatu ajaib berkekuatan super untuk membantunya berlari dengan cepat, atau memang anugerah dari Tuhan yang diberikan kepadanya ?? Tidak ada yang tahu.
Tapi menurutku, Masa telah dikaruniai anugrah yang sungguh luar biasa. Kencangnya kecepatan Masa dalam berlari, bukanlah kekuatan dari sepatu ajaib. Logikanya, jika ia mempunyai alat yang secanggih itu, maka semua orang pun juga ingin memilikinya. Berlomba-lomba bagaimanan caranya untuk mendapatkan sepatu tersebut. Namun kenyataannya tidak demikian, itu semua adalah anugerah yang diberikan khusus kepada Masa dari Tuhan. Dan tidak semua orang dapat memilikinya.
Kau tahu jam pasir ?? ya, begitulah gambaran kasar dari Masa. Ia terus berjalan, tidak pernah berhenti, dan tidak pernah kembali, barang sejenak. Awalnya aku mengira bahwa Masa adalah pribadi yang congkak, sombong, angkuh, dan entah apalah itu namanya. Karena ia menengok ke belakang saja tidak pernah. Prinsip hidupnya juga sangat sederhana, ia hanya akan berteman dengan mereka yang mampu mengikutinya saja. Ia selalu katakana itu dari awal, jadi semua kawannya sama. Homogen.
Mereka yang tidak bisa mengikuti Masa, tentu saja mau tidak mau, suka tidak suka, dan harus merelakan dirinya untuk tidak bertemankan dengan Masa. Bukan berarti karena Masa memilih dalam berteman, hanya saja ia mencari siapa yang dengan begitu ikhlas sejalan dengannya. Memintal cahaya dan menghabiskan sisa butiran pasir bersamanya. Hanya itu.
Tidak berkawan bukan berarti benci, sebenarnya banyak orang yang ingin berteman dengan Masa. Tapi kebanyakan dari mereka lelah, lantas menyerah menghadapi Masa. Gugur satu per satu akibat pengaruh seleksi alam, berhenti di tengah jalan dengan berbagai alibi yang pada intinya selalu mengkambinghitamkan Masa. Pernah waktu itu Masa dihujat terlalu tinggi hati, sampai-sampai ia dijauhi oleh banyak orang. Kejam sekali !! Lalu bagaimana responnya ?? Ia hanya terdiam saja, menertawakan apa yang ia dapatkan. Menurutku, semua orang mempunyai karakternya masing-masing. Tidak perlu iri atau pun dengki. Semua pasti diberikan kelebihan dan kekurangannya sendiri.
“Masa, aku lelah sekali. Merilah kita teristirahat sejenak saja !!” Pintaku sembari berpura-pura ngos-ngosan.
“…” Tidak ada jawaban. Ia tetap saja berjalan konstan. Acuh.
“Hei, tunggu aku. Sungguh aku begitu lelah, Masa”
“…” Dan lagi taka ada respon darinya
“Aku yakin kau pasti bisa mendengarkanku, Masa. Percayalah !!” Seruku masih meminta.
“…” Masih tidak ada tanggapan, hanya tolehan sekenanya saja ke arahku. Hahahah progress yang bagus, pikirku dalam hati.
“Baiklah, baiklah. Kalau begiut pelah-pelah saja”
“Tidak !!” Jawabnya datar
Aku terus mengikuti langkahnya. Aku terhitung masih baru mengenal Masa. Ya, kurang lebih tiga tahun terakhir. Mungkin sama sepertimu kali ini, awalnya aku juga tidak mengenal siapakah Masa itu ?? aku hanya mendengar berbagai cerita tentangnya, yang tentu saja berita negative. Namun anehnya, itu yang membuatku begitu tertarik dengan Masa. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mencarinya. Berbicara dengan Masa, penasaran dengan apa yang sebenarnya ia inginkan.
Sepetah kata yang keluar dari mulut Masa membuatku bahagia. Hahahah ternyata mudah juga untuk memancing Masa berbicara, pikirku senang.
“Apa yang kau inginkan hingga kita dapat berhenti, Masa ??” Rayuku membujuknya
“Tidak ada”
“Kumohon, Masa. Sebentar saja”
“Aku bilang tidak, ya tidak”
“Dasar keras kepala” Aku mulai naik pitam
“Terserah apa katamu”
“Tolong, mengertilah !! Kali ini saja”
“Silahkan jika kau ingin berhenti, tapi aku tidak”
“…” Kini aku memilih untuk diam saja
“Ternyata kau tak ubahnya sama seperti teman-teman yang lain yang kujumpai selama ini” Celetuknya kasar, namun masih dengan muka yang datar, tanpa dosa tanpa nada.
“Apa maksudmu ??”
“Artikan sendiri, kamu orang yang berilmu. Cukup berintelektual, pasti mengerti apa yang aku maksudkan ??”
“Aku menemuimu karena kedua orang tuaku telah bercerai”
“Lalu ??”
“Tentu saja aku ingin mereka kembali seperti mereka yang dulu”
“Tidak bisa”
“Tapi mereka adalah orang tua ku sendiri, Masa”
“ya sudah terima saja. Memang itu yang terbaik kan”
Semakin menyebalkan dia. Benar saja, banyak yang tidak betah berkawan dengannya. Masa bukan lagi sombong, namun lebih dari itu. Dia egois, yang selalu mementingkan diri sendiri. Aku yang awalnya hanya berpura-pura lelah, menjadi benar-benar lelah. Kini aku dihadapkan pada situasi dimana kebingunagn menjadi benang kusut sekaligus jalan buntu yang harus aku rapikan sendiri. Bagaimana iniii ??
Tidak pernah aku mendengar cerita kebaikan dari Masa. Hal positif yang membuat Masa disanjungpun tak ada. Semua cerita yang berhubungan dengan Masa, selalu, selalu, dan selalu berakhir dengan ‘Sad Ending’. Bahkan dalam legenda pun, dimana Masa telah hidup sejak awal peradaban pun nihil. Tidak ada kisahnya. Kalaupun ada, itu pun hanya sekedar anekdot. Sindiran lucu kepada Masa akan tindakannya selama ini.
Tapi satu hal membuatku berpikir. Banya orang yang mencoba untuk berkomunikasi dengan Masa, berkali-kali, ribuakn kali bahkan. Namuan taka da satu pun diantaranya mampu untuk merajut balon kata darinya. Dia selalu saja diamseribu bahasa. Tanpa kata. Bahkan mereka yang cerdas, pintar, bin berotak encer seperti perjabat, menteri, dan presiden sekali puntidak bisa. Dan ujung-ujungnya pasti sama. Gatot, alias Gagal Total. Nol besar.
Sedangkan aku ?? aku mah apa atuh ?? Cerdas ?? Tidak. Pintar ?? Juga tidak. Atau berotak encer ?? Apalagi. Aku masih anak kemarin sore. Anak ingusan, anak bau kencur, atau apalah itu namanya. Sangat jauh jika dibandingkan dengan mereka. Namun bagaimana mungkin Masa mau mengeluarkan suaranya untukku ?? Berbicara pula. Ya walaupun itu dengan muka datar. Tapi [aling tidak aku bisa selangkah lebih maju dari mereka.
Apalagi rencanamu ini, Masa ?? pikirku dalam hati “Apa maksudmu dengan semua ini ??” Tanyaku seketika tanpa intermeso pembuka.
“…” Krik… Krik… Krik…
“Apa niatanmu yang sesungguhnya ??” Tanyaku memperjelas maksud
“…”
Aku adalah tipikal orang yang keras kepala, kata ibu. Dan anehnya, teman-temanku juga mengamini hal itu. Tapi aku tidak merasa begitu. Aku ganya ingin mendapatkan apa yang aku mau. Aku akan sangat enggan untuk berhenti sebelum aku puas dengan apa yang aku peroleh. Mudah saja, rasanya seperti ada yang aneh. Dan itu rasanya tidak enak.
Kawan, Masa semakin membuatku penasaran untuk terus mengejarnya. Dia diselubungi oleh berbagai teka-teki yang ia buat sendiri dan meminta orang lain untuk menebaknya. Tujuannya ?? Entahlah, hanya ia yang tahu. Mungkin bersama dengan Tuhan juga.
“Maksudku, mengapa kau ingin bercakap-cakap denganku ini ??” Tanyaku sekali lagi masih dengan perasaan kesal setengah mati.
“Kau tak mau ??” Jawabnya malah berbalik bertanya.
“Bukan begitu, maksudku alasannya. Karena dengar-dengar suaramu itu begitu mahal harganya”
“Karena kau berbeda”
“Apa yang membuatku berbeda ??”
“Suatu hari nanti kau akan mengerti”
“Demi Tuhan, Masa. Jangan membuatku bertanya-tanya seperti ini !!”
“…”
“Lalu mengapa kau menolah mereka ??”
“Aku tidak menolak mereka. Mereka saja yang menjauh dariku”
“Itu semua karena kau tidak pernah membuka dirimu untuk menerima mereka”
“Mengapa semua orang berpersepsi sama sepertimu ??”
“Lantas ??”
“Yang jelas, aku dapat melihat Masa depanmu itu bening, seperti kaca.” Ucapnya memprediksi ibarat cenayang.
“Maksudnya ??”
“Mudah saja, aku hanya ingin mereka menghargai apa yang mereka miliki selama ini. Dan aku tak ingin membuat mereka besar karenaku. Mauku, mereka adapat bekerja keras dalam menghargai waktu meraka untuk menjadi besar.”
“Jadi selama ini…” Ucapku terhenti sebelum aku selesai melanjutkannya.
“Ya benar, mereka dating sama sepertimu. Memintaku untuk kembali, bahkan meintaku untuk berhenti sekali pun. Dengan berbagai tipu daya mereka.” Nampaknya Masa mulai banyak bercerita.
“Jadi, kau sudah tahu strategiku tadi ??”
“Tentu saja.”
“Tapi ini Masalahnya berbeda, Masa. Mereka itu orang tuaku sendiri.”
“Semua Masalah sama saja.”
“Bagaimana jika aku mencintai keduanya ??”
“Percayalah, ini hanyalah Masalah waktu.”
“Lantas, bagaimana aku akan melewati hari-hari setelah ini ??”
“Tidak perlu diambil pusing, bahkan semua pesawat terbang pun akan mengalami goncangan pada saat take off. Walaupun itu telah ditangani oleh pilot yang sangat professional sekali pun.”
“Sebenarnya, apa salahku selama ini, Masa ?? Masih kurangkah pengabdianku ??” Aku masih mengomel sendiri.
“Semua diciptakan oleh Tuhan dengan membawa maslahnya sendiri-sendiri.” Jelas Masa.
“…”Aku berganti hanya mendengarkan ucapan masa.
“Coba lihatlah gambar di sekelilingmu !!”
“Hanya terdapat baliho partai politik yang meminta dukungannya.”
“Dan kini perhatikan berita di sekitarmu !!”
“Sejak kemarin aku hanya mendengar berita tentang kasus korupsi yang tak kunjung usai.”
“Sepertinya kau mulai mengerti maksudku.”
Membutuhkan waktu lama untuk mengerti apa yang dimaksudkan oleh masa. Kami sempat berjalan dalam diam untuk beberapa saat ketika aku mecoba menerka-nerka dua hal yang diuratakan oleh masa tadi. Aku baru tersadar tatkala ia menunjuk ke arah jam dinding yang berada di bahu jalan. Relasi dengan makna implisit yang dibuatnya begitu menakjubkan.
Hargailah waktumu, masamu. Ketika mereka berkompetisi untuk memenangkan hati para rakyat dengan berbagai tipu daya dan akal bulus kecerdikan otak mereka. Membuat mereka dapat dengan mudahnya tembus memasuki gedung dewan, dan duduk di kursi kepengurusan sebagai wakil rakyat (katanya). Namun semuanya sirna ketika amanah bukan lagi genggaman utama, melainkan telah tergantikan oleh harta benda. Demia uang, apapun dapat disigkirkan. Dan hanya dengan uang, semua dapat dengan mudah dibereskan. Hingga akhirnya mereka mendekam, dibalik jeruji besi. Lucunya mereka masih bisa saja mengelak saat bukti telah ada di depan mata. Sungguh hebat !!
Benar juga, waktu bukanlah hal yangs sepele yang adapat kita kesampingkan. Waktu atau masa adalah prioritas utama yang seharusnya patut kita perhitungkan. Kata Bung Karno, JAS MERAH, Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. Masa lalu bukan seharusnya untuk kita buang, tetapi justru harus kita kenang. Sebagai buah tangan cantik nan menarik dari masa.
“Teman-temanku acap kali tidak menggunakan hasduknya dengan benar di sekolah.” Kataku sembari tersenyum lega.
“Itu salah satunya” Balasnya mengiyakan
“Sampai-sampai mereka menggunakannya untuk bermain, lap kotoran, hingga bunga-bungaan”
“Padahal kita semua tahu apa warna di balik dwi warna itu”
“Dua warna sacral yang kental dengan nilai perjuangan”
“masa, bantu aku dalam menghadapi dunia ini”
“Tentu saja, Sofia.”
Kini aku mengerti maksud dari masa yang diberikan kepadaku. Cerah sudah pikiranku. Tenang hatiku. Dan yang paling penting, adalah terjawab sudah tanda Tanya besar di kepalaku kepadanya.
“Tapi, tunggu sebentar. Dari mana kau bisa tahu namaku ??”


Oleh : SAM98 (Malang, Jumat 18 September 2015 01:01:00)

0 komentar:

Posting Komentar