Jumat, 14 Maret 2014

Terima Kasih Ibu, Ayah...


          “Ya, cukup sekian pelajaran saya hari ini mengenai Bab ‘Berbakti Kepada Orang Tua’. Jadi dapat kita simpulkan bahwasanya orang tua itu bukan sekedar pengasuh kita saja, bukan juga sekedar seseorang yang merawat kita saja. Lebih dari itu, mereka adalah guru besar kita yang sangat menginspirasi, Guru Kehidupan bagi kita semua.”
          Kalimat penutupan dari Pak Ali tadi, masih saja kuingat. Sedari tadi, aku terdiam hanya karena merenugnkan kata – kata yang teruucap dari bibirnya tersebut. Sungguh !!! Luar biasa. Tetapi, yang masiih aku bingungkan adalah mengapa harus orang tua kita yang menjadi Guru Kehidupan bagi kita ??? gan hal apakan yang membuat orang tua kita menjadi seorang guru yang inspiratif ???
          Itulah sebanya aku berada di sini sekarang. Di dalam kamar kecil yang dipenuhi dengan tumpukan buku – buku religi. Dan hingga kini akku belum juga menemukan jawaban atas semua itu. Walaupun hamper semua buku itu telah kubaca dengan habis.

          Pernah suatu ketika, aku menyempatkan waktuku untuk bertanya masalah itu. Ustadzah Fia adalah pilihanKu untuk kumitai keterangan lebih. Dan lagi – lagi, hanya jawaban singkat yang kuterima…
          “Ya, karena pembelajaran Tata Kehidupan tiidak dicantumkan oleh Menteri Pendidikan Nasional ke dalam kurikulum pembelajaran”
          “Maaf  Ustadzah, bias tolong diperjelas lagi maksudnya ???”
          “Sepertinya masalah ini merupakan PR baru untuk kamu. Coba kamu cari tahu sendiri jawabannya. Karena yang bias menjawab pertanyaan tersebut adalah dirimu sendiri”
“Tetapi, Ustadzah bukan kah…”
“Sudah sudah, sebentar lagi kau akan menemukan jawabannya, gadis manis. Percayalah…”
“Hmmm… baiklah Ustadzah…”
Apalagi maksud dari semua ini ??? hanya diriku sendirilah yang dapat memecahkan masalah ini ??? Jika memang akulah yang mampu menjawabnya, tapi mengapa hingga kini tak kunjung menemukan jawaban tersebut ??? Justru aku dibuat semakin bingung dengan semua ini. Bukan itu jawaban yang aku minta…
Tak lama kemudian, seruan suci dari Sang Ilah Robbi membuyarkan konsentrasiku. Kata demi kata yang teruntai menjadi sebuah rajutan kalimat nan syahdu. Nadanya yang selalu membuatku rindu akan keteduhan yang dibawanya. Dari luar sana, terliihat bayang – bayang suatu benda yang mulai tampak lebih panjang dari dirinya sendiri. Yang menandakan bahwa telah tiba masa Ashar.
Aku basuhkan diri ini pada tirta penyejuk jiwa, guna sucikan raga dari hadas yang selal ini melekat. Juga najis yang membuat setiap manusia tidak pernah luput dari kata ‘Khilaf’. Dari dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku juga berharap agar dosa – dosaku ikut luntur, terus larut bersama dengan air wudhu yang aku siramkan.
Telah lama aku hanyutkan diri ini pada lantunan doa di setiap sembah sujud yang aku panjatkan. Rasanya empat rakaat belumlah cukup untuk menambal dosa – dosa yang sering kali kuperbuat. Hanya dengan memujaMu, menyembah hanya kepadaMu. Gan hanya mengharapkan keridhoanMu, Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Dan aku percaya akan hal itu…
“Ya Allah, berikanlah HidayahMu. Sehingga aku mampu memaknai hidup yang indah ini menjadi lebih sempurna…”



Bersambung…

Oleh : SAM98 (Jumat, 28 Februari 2014)

0 komentar:

Posting Komentar