Teruntuk pria
muda yang telah berhasil memasuki benteng pertahanan seorang wanita yang sedang
mencari jari dirinya. Tuan, entah akan aku beri judul apa secarik kertas ini
nantinya. Bahkan aku pun masih ragu akan kuapakan selembar tulisan bodoh ini. Akan kuberikan kepadamu kah ?? ah tidak,
jangan aneh-aneh Sofia. Aku masihi terlampau malu untuk memberikan ini
kepadamu. Nyaliku masih beum terkumpul cukup banyak untuk menjawab berbagai
pertanyaan konyol yang nanti pasti akan keluar dari usilnya dirimu.
Seperti
biasalah, mungkin aku hanya akan menyimpan rapi di dalam draft sebagai koleksi
pribadiku bersama dengan koleksi yang lain. Atau jika sempat akau akan
mengetiknya dan akan aku posting dalam blog pribadiku, sembari sedikit berharap
bahwa nantinya kau akan mampir barang sebentar ke halamanku itu, membacanya,
menanggapinya, membalasnya, dan ...
Ah
Sudahlah...
Hingga akhirnya aku memutuskan memilih judul ini, karena aku rasa hanya inilah hal yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana kita yang sebenarnya. Aku, adalah aku. Bukan kamu. Sedang kamu, adalah dirimu sendiri. Apa adanya kamu, bukan ada apanya kamu dari orang lain. Hingga dapat terbentuk kata kita yang merupan wujud kesatuan dari aku dan kamu :3
Tuan, selama ini kita sama-sama
mempunyai kesibukan yang tidak pernah bisa untuk kita tinggalkan. Aku dengan
padatnya jadwal latihan debat, sedang kamu dengan padatnya rapat osis rutin
seperti biasa. Kita sama-sama terikat oleh tanggung jawab yang memang telah
sepatutnya kita jalani sebelumnya. Dan hanya dengan bertukar pikiranlah yang
dapat kita lakukan sebagai langkah jitu dalam mengusir kebodohan kita masing-masing
selama ini. Guna membangun atmosphere baru yang sedikit lebih berbeda. “Biar
tetep sweetlah”, Katamu.
Aku masih ingat kata-kata itu,
kalimat yang kau kirimkan lewat pesan singkat untuk pertaman kalinya. Dan selanjutnya
selalu kau ucapkan kepadaku sebagai rayuan manjamu ketika aku mulai protes akan
kejarangan pertemuan kita. Selamat Tuan, karena kau berhasil menhadapai seorang
Sofia yang keras kepala ini. Kau itu selalu selalu dan selalu tahu kapan saja
aku mulai marah (meskipun itu bukan karenamu). Dan sekali lagi kau juga selalu
berhasil merajuk dan menghiburku di sela-sela tumpukan tugasmu itu
Atau dengan mendengarkan celotehmu
melalui telfon, kamu bercanda dan bergurau. Lantas tawa pun pecah, lintas
melalui bias suara. Sederhana memang, hanya berbatas pada pesan singkat atau
sambungan telefon. Namun sering kali membuatku melambung sendiri. Huuuft
:Ddasar Pacar :* ({})
Tuan, aku begitu menikmati saat-saat
dimana kita jalan berdua kala itu. Ya memang hanya kita berdua yang
mengetahuinya. Hanya kita. Ekspedisi pertama kita lakukan adalah berkunjung ke
Perpustakaan Umum Kota Malang. Kua yang saat itu sedang sakit, merelakan dirimu
untuk tetap pergi ke sana hanya untuk bertemu denganku. Katamu, obat dokter
tidak mempan tanpa melihatku (Gombal). Begitu semangatnya dirimu kala itu,
sehingga tanpa kau sadari aku pun juga mengetahui bahwa kau sedang menutupi
rasa sakitmu itu. Aku pun hanyabersikap biasa . atau lebih tepatnya kikuk di
depanmu. Benarsaja, karena memang ini adalah kali pertama jalan-jalan kita.
“Launcing Perdana”, katamu. Kau yang memang dasar berkulit gelap ditambah
dengan kondisimu yang sedang kurang fit. Membuat mukamu memerah seperti
kepiting rebus. “Alergi Seafood”, Katamu. Badanmu saja masih panas saat itu.
Berjalan cukup jauh dari tempat angkutang kota menuju PU Kota malang. Kasih
sekali, tapi mau bagaimana lagi. Memang dasar kau keras kepala.
Satu rahasia yang hingga kini belum
kau ketahui. Apakah itu ?? masker. Terdapat sebuah rahasia besar di balik
keberadaan masker tersebut. Tuan, masih ingat dengan masker yang kerap kali
kugunakan kala ku bertemu denganmu ?? kau pernah bertanya kenapa aku mengenaka
masker itu setiap waktu ?? dan aku menjawabnya lantang, bahwa aku menutupi asap
rokok dari pengemudi di dalam angkot. Dan kau juga mengiyakannya begitu saja.
Syukurlaaah, karena memang itu adalah aliby ku terhadapmu. Karena aku masih
suka dag-dig-dug hingga senyum-seyum sendiri saat aku berada di dekatmu. Jadi
aku akan menutupi senyuman itu agar kau tidak dapat melihatnya. Bsan dengan suasana
perpustakaan, kau meminta kita untuk turun ke lobby bagian bawah. Kita duduk
santai di sana, bercengkrama, sambil menikmati minuman yang kau beli sepasang
untuk kau dan aku. Aku selalu memintamu untuk bercerita banyak mengenai tempat
asalmu, Bogor, Jawa Barat.
Ku perhatikan benar, karena memang
ini adalah pengalaman unik dari Sang Empunya langsung. Kau bercerita banyak,
banyak sekali. Tentang sekolahmu, tentang rumahmu, kampung halamanmu, tentang
keluargamu, tentang beasiswamu, dan berbagai cerita lucu darimu. Sebut saja
Kota Ciawi, sebagai tempat kelahiranmu. Kamu menjelaskan bahwa tiada hari tanpa
Hujan. Baik itu selepas sekolah, atau pun saat berangkat di pagi hari. Cuaca
yang diprediksi akan berlangsung cerah dengan suhu di atas rata-rata, akan seketika
berubah menjadi hujan berawan. Walaupun itu hanya sekedar gerimis
rintaik-rintik.
Atau
pun tentang keluargamu, kamu yang memang sebagai Putra pertama dengan 2 adik
kecil. Dengan Mamah sebagai Ibu rumah tangga dan ayah sebagai pekerja meubeuler
di Bali. Hanya bertemu dengan ayah beberapa bulan sekali ketika ia sedang
libur. Sebagai putra tertua dalam keluarga Supriadi, membuatmu harus berfikir
jauh ke depan. Oleh karenanya kamu berjuang untuk mendapatkan beasiswa itu
“Untuk meringankan beban orang tua”, katamu.
Di
sini kamu mendapatkan full beasiswa berasrama, mulai dari biaya sekolah, SPP
dan SBPP, uang gedung, biaya penginapan, uang makan, hingga uang jajan pun
perbulannya kamu dapatkan. Sunggauh beruntungnya kamu, dan setelah itu kamu
harus melakukan masa bhakti kerja di perusahaan percetakan tersebut selama 4
tahu masa kontak. Tuan, masa depanmu sudah tertata rapi, telah tergambar dengan
jelas, terukir dengan indahnya. Tinggal dijalani, dinikmati, dan disyukri
adanya.
Aku
masih ingat, kala itu kau membelikanku sebatang coklat besar yang teramat aku
sukai. “Baru gajian”, katamu. Memang awal bulan kamu selalu mentraktir
kawan-kawanmu, menunjukkan bahwa kamu tidak pernah pelit terhadap sesamamu.
Kamu begitu dermawan, dan itu yang membuatku menyukaimu. Atau saat kamu
berpamitan akan membeli makanan burung di pasar, tanpa pernah diduga kamu juga
membelikanmu sebatang bunga. Bukan bunga sembarang bunga, bukan bunga mawar
merah yang biasanya diberikan seseorang kepada orang yang di kasihinya. Tetapi
bunga yang berwarna orange, apa pun itu namanya. Dan melalui hal itu aku baru
mengetahui bahwa kamu begitu menyukai warna orange.
Tuan,
tak pernah bosan aku mengingatkanmu untuk tidak sering-sering memberiku hadiah.
Karena memang aku sangat mengetahui kondisimu, sebagai anak kost yang jauh dari
orang tua dan harus mengatur kehiduan sendiri. Sungkan rasanya untuk menerima
semua pemberian darimu. Tapi kamu justru bersikeras berdalih bahwa kau justru
akan marah jika aku menolaknya. Katamu, ini adalah salah satu caramu dalam
belajar mengatur keuangan. Manajement, seperti apa yang ingin kau geluti
setelah ini.
Ahahaha
J
tak jarang kamu akan kehabisan uang pada akhir bulan.
Alhasil, kamu pun harus menunggu kiriman pulsa dari orang tua mu. Atau jika
tidak, kita akan berhenti dalam berkomunikasi. Tahu kah kamu, rasanya tak
berSMS denganmu dalam sehari saja sepi. Kontakku tak lagi berbunyi nyaring
karena nada dering yang terus menerus menginginkan aku untuk membalasnya.
Mungkin sedikit berlebihan jika aku mengatakan sehari akan serasa seperti
seminggu, seminggu akan serasa seperti sebulan, dan seterusnya. Namun memang
seperti itulah adanya.
Seperti
saat itu misalkan, aku sedang mengikuti suatu perlombaan di luar kota. Aku
terpaksa harus menanggalkan HP barang sejenak untuk tidak menerima berbagai
bentuk komunikasi dari orang lain, termasuk kamu. Mungkin hanya seminggu namun
terasa lama sekali. Belum lagi waktu itu kamu juga sedang mengikuti perkemahan
pramuka, juga membuatmu harus meninggalkan komunikasi denganku. Tuan, percayalah
kala itu aku sangat merindukanmu. Lantas selepas itu, kita akan bertelefon
selama yang kita bisa. Hingga kita mulai lelah sendiri-sendiri.
Selagi
kau bercerita, aku malah asyik memperhatikanmu. Masih dengan senyuman yang
kusimpan di balik masker baruku waktu itu. Semuanya terdengar menarik. Satu
cerita yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Tuan, katamu ini adalah kali
pertama kau menginjakkan kaki di kantor ini. Setelah sekian lama kamu sering
melewati jalan ini. Mungkin lebih tepatnya di Car Free Day. Rupanya kau
melewatkan satu hal ini untuk kau singgahi. Padahal CFD tepat berada di depan
kantor PU Kota Malang.
Berbicara
mengenai Car Free Day, ternyata kau adalah tipikal pria yang cukup gemar
berolahraga. “Bentuk tubuh yang ideal adalah harga mati bagi seorang
laki-laki”, katamu. Apalagi otot, merupakan barang wajib yang mesti dipunyai
oleh lelaki sejati. Harga diri katanya. Oleh karena itu, kau jug sering
bercerita kepadaku bahwa di sana kerap kali kau melakukan olahraga ringan
seperti Push up, sit up, back up, atau pun angkat barbel.
Sedang
pada setiap minggunya, kau sempatkan barang sejenak untuk berlari-lari,
jogging. Hasilnya pun tidak kalah mengecewakan, bentuk tubuhmu pun terbilang
cukup proporsional. Seimbang antara tinggi badan dengan berat badan. Tapi kamu
masih belum puas. Masih ada satu PR yang harus kau selesaikan, yakni membuat
otot dada. Dari istilah sixpack, katanya kamu masih mempunyai fourpack. Sedang
dua yang lainnya masih timbul tenggelam. XD Semangat, Tuan.
Jalan-jalan
kedua kita, masih tak jauh-jauh dari Kantor Perpustakaan Umum Kota Malang.
Yakni, Car Free Day. Apa yang kita lakukan di sana ?? Ya tentu saja
berolahraga. Mengikuti senam SKJ bersama dengan yang lain, lalu berjalan-jalan
mengitari jalan ijen. Huuuft... setelah penat berolahraga, kamu mengajakku
untuk bersarapan bersama. Satu menu yang membuatmu penasaran, yaitu nasi
jagung. Kita mampirlah ke warung nasi jagung dan dan makan ‘ngemper’ di pinggir
jalan. Katamu, ini adalah kali pertamamu dalam mencoba menu makanan itu. Karena
memang di Bogor tidak mengenal nasi jagung. “Rasanya lucu”, katamu.
Awas,
Tuan. Nasi jagung itu kenyangnya lama. Bisa seharian kamu nggak makan. Dan
benar saj, Tuanku belum habis saja telah mengeluh kekenyangan. Hahahah J
dan setelahnya kita masih mengobrol ke sana kemari, membicarakan ini
membicarakan itu, namanya juga anak muda.
Dalam
perbincangan kita saat itu, kamu memperhatikan Museum Brawijaya yang sangat
ingin kamu masuki. Katamu, kamu begitu penasaran dengan isi di dalamnya.
Seperti apa dan bagaimana kah isinya ?? sepertinya menarik untuk dikunjungi.
Aku menjanjikan satu hal. Bahwa suatu hari nanti, di saat kita sama-sama
mempunyai waktu luang aku akan mengajakmu utnuk berkunjung ke sana. Dan kamu
begitu senang. Kamu pun tak mau kalah, kamu juga menjanjikan akan membelikanku
boneka di pasar jika uang jajanmu telah turun nanti J
wkwkwk
Rupanya
banyak sekali moment pertama yang kita lewati bersama. Seperti kamu dengan nasi
jagungmu, dengan perpustakaan mu, atau mungkin berbagai moment pertama yang kau
lewatkan denganku namun kau tak mau aku tahu. Sedang aku, adalahKali pertama
juga dalam menjalin suatu hubungan di masa SMK ini. Ini juga untuk pertama
kalinya aku dapat berjalan berdua dengan seorang pria, yaitu kamu. Ya hanya
kamu. Terima kasih untuk moment-moment pertama ini, Tuan. Kata orang, sesuatu
yang pertama tidak akan pernah bisa terlupa. Dan itu aku lewatkan bersamamu.
Tuan,
aku menghargai kejujuranmu, dan aku menyukai itu. Mudah saja, semua yang
mengawalinya dengan kejujuran akan berbuah kebaikan. Waktu itu untuk pertama
kalinya aku berani mampir ke kediamanmu. Aku melihat kakakmu dengan asyiknya
menghisap sebatang rokok dan mengebulkannya dengan santai. Sebuah pemandangan
yangsangat asing bagiku. Saat aku mengkhawatirkan kondisimu di sana, dengan
santainya kamu pun mengaku bahwa kau juga seorang pecandu. Sedikit berat.
Bahkan
kau pun langsung memaparkan masa lalumu yang boleh dibilang cukup
memprihatinkan. Sebagai seorang pemakai bahan kharam, narkoba, dan peminum
minuman keras beralkohol. Kau menceritakan bahwa memang faktor lingkungan yang
sempat membuatmu brutal. Faktor temanlah yang telah merusak semua itu.
Untungnya kau berhasil tersadar dari keterpurukan itu, dan bangkit kembali
menjadi pribadi yang lebih baik. Kamu lebih memilih untuk mengalah dan pergi,
menjauh dari keramaian kampungmu. Guna serius menekuni bidangyang sedang kau
geluti saat ini. Bersarang di Kota Pendidikandan berharap kelayakan penghidupan
di masa yang akan datang.
Tuan,
demiapapun kita tidak bisa meninggalkan begitusaja tugas kita masing-masing.
Seperti apa yang telah kukatakan tadi. Bahwaini adalah konsekuensi. Semua,
apapun yang kita ambil pasti memiliki resiko di baliknya. Di saat aku sedang
kosong, kamu yangsedang Sibuk. Dan di saat aku sedang padat aktifitas, malah
kamu yang sedang libur. Dan begitu seterusnya.
Lantas
kapan kita bisa bertemu ?? Maka aku ambil jalan tenghnya Saja, yakni
mengikutsertakan kamu di dalam kegiatanku. Seperti halnya beberapa waktu yang
lalu. Kau kamu kumasukkan dalam kegiatan Forum Anak. Aku yang memang warga
Blimbing raya, sedang kau adalah pendatang yang sedang menetap di Klojen. Jarak
yang cukup jauh. Kusamarkan kamu sebagai saudaraku. Ahahah J
ada-ada saja
Kamu
yang memang dasar orang supel, mudah bergaul dengan banyak orang. Di sana kamu
langsung saja ikut nimbrung bersama dengan kawan-kawanku. Aku turut senang,
karena aku tidak perlu memperkenalkan dirimu kepada kawanku satu per satu. Kamu
langsung mendapatkan kawan baru di sana.
Sepertinya
langkah ini cukup efektif untuk menbah jadwal pertemuan kita. Setali tiga uang
dengan caraku kemarin. Tempo hari kamu juga memasukkan ku ke dalam kepengurusan
koperasi sekolah. Kamu yang memang sangat aktif berorganisasi memasukkanku ke
daftar nama. Memang aku sangat mengincar posisi itu. Dan kamu sepertinya juga
cukup paham dengan kondisiku. Aku yang kini telah dipadatkan dengan jadwal
ekskul, memaksaku untuk melepaskan beberapa organisasi sekolah yang sebenarnya
sangat ingin aku ikuti. Dan kau berpendapat bahwa koperasi adalah pilihan yang
tepat untuk masalahku saat ini. Dimana koperasi sekolah masih terhitung sebagai
organisasi inti di sekolah. Namun kegiatannya tidak terlalu banyak. Sangat
cocok denganku, dan aku setuju akan hal itu. Terima kasih, Tuan.
Oh
iyah, akubaru ingat bahwa dulu kamu juga sempat satu ekskul denganku. Yakni
Debat Bahasa Inggris. Namun kau lebih memilih untuk hengkang karena jadwal
latihan yang selalu berbenturan dengan jadwal orientasi kepengurusan barumu.
Yaaah, aku menghargai itu. Walaupun sebenarnya aku sangat menyayangkan hal itu.
Karena kamu memiliki potensi di sini, hanya tinggal dikembangkan dan ditekuni
saja.
Mungkin
tujuan kita sama, yaitu ingin profesional di bidangnya. Tetapi jalan yang kita
pilih terlampau berbeda. Hggg, semoga saja kita bisa mendapatkan kesuksesan di
sisi kami masing-masing ;) amien
Satu
hal yang perlu digarisbawahi yakni, keprofesionalitasan adalah prioritas utama
dalam berorganisasi. Jadi jangan angap kami akan menyamakan kondisi kami ketika
sedang di luar dan di dalam lapangan. Ketika sedang di luar, bolehlah kami
sebagai pasangan.namun ketika di dalam, maka kami akan memerankan peran sebagai
rekan kerja, tidak lebih. Prinsip seperti itulah yang kami tanamkan sejak awal
ketika kami memilih untuk berorganisasi bersama. Karena memang aku tidak ingin
mencederai esensi dari sebuah organisasi hanya karena sebuah hubungan belaka.
Tuan,
suatu hari kamu memintaku untuk membuatkanmu sebuha origami pada selembar
kertas, sisa coretan matematikamu. Aku pun mau. Aku buatkan dirimu sebuah
burung kertas. Burung origami khas Negeri Matahari Terbit yang dipercaya akan
membawa keberuntungan. Di sana, pada tempat asalnya, setiap tahunnya selalu
diperingati Festival Burung Origami. Dimana setiap keluarga akan membuat
1000 buah burung origami. Digantungnya
burung itu dalam sebuah rangkaian tirai, selama beberapa hari. Lantas kemudia
burung itu akan diterbangkan bersama-sama. Hal ini dipercaya dapat mengabulkan
segala permintaan si pembuatnya.
Dan
kau pun menerimanya, katamu kau akan menyimpan baik-baik burung itu. Nanti jika
pada saatnya datang waktu Purna Widya, maka kau akan mengembalikan burung itu
lagi. Dan aku harus melihat pesan yang kau tulis di dalmnya. Wow !!
Lembut
sekali kata-kata itu. Tak lupa aku pun membubuhkan tanda tangan dan nama penaku
pada sayap kanan burung kertas itu. Dan kau juga menuangkan nama indahmu pada
bagian punggung burung origami itu lantas kau melipat rapi burung itu sambil
mempertegas lekukannya. Dengan bantuan dari drawing pen kepunyaan mu, lalu kau
menambahkan goresan mata dan mulut pada lipatan atas burung itu. Tuan, akan
kutagih janjimu itu. Masih kah kau menyimpan burung origamiku itu ??
Bahkan
di saat yang teramat bahagia untuk kita saat ini, pun masih tidak dapat kita
ikuti sebagaimana mestinya. Sekarang, 9 Juni 2015. Bertepatan dengan
Anniversary hari jadi kita, kita masih saja diliputi oleh kesibukan yang
teramat luar biasa. Bagaimana tidak, Deadline Jambore Koperasi sudah menanti.
Dengan berbagai tugas yang ada, kita harus tetap memenuhi kewajiban yang kita
emban sembari mengikuti ujian akhir.
Huuuft
T_T lelah sekali, bahkan aku saja hampir lupa bahwa saat itu adalah hari yang
teramat istimewa. Tidak ada ritual khusus yang kita lakukan saat itu. Karena
memang kita yang tidak sempat berfikir yang lain di luar jambore koperasi.
Tetapi
terjadi hal yang luar biasa di luar dugaan kita sendiri. Apakah itu ?? asyiknya
kepergian kita ke Kota Ronggolawe, Tuban, Jawa Timur. Itu adalah kado spesial
Anniversary kita. Aku masih ingat, dan bis kecil itu adalah saksi bisunya.
Dialah yang mengantarkan seluruh rombongan menjauh pergi dari Kota Malang. Di
saat semua teman-teman duduk berkelompok dengan yang lain, atau duduk sendiri
dengan tas mereka masing-masing. Maka kami pun lebih memilih untuk duduk berdua
di tengah-tengah, menjauh dari keramaian. Saling bergelut, dan menciptakan
dunia kami sendiri. “Ini adalah hadiah Annive kita”, katamu. Dan aku pun
mengiyakan sambil tersenyum malu, tersipu.
Kau
lebih memilih untuk duduk sebangku denganku. Berpisah dari teman-temanmu. Dan
sebatang coklat pun menjadi teman kita selama di perjalanan. Tak banyak yang
dapat kita lakukan saat itu. Karena memang kita telah terlampau lelah dengan
hal-hal yang lain. Maka kita pun hanya bisa tertidur pulas dalam dekapan kita
masing-masing. Jika kau tertidur, kama kau akan bersandar di atas pundakku.
Pulas dengan genggaman tangan tang kau gayutkan erat dan tak ingin lepas.
Sedang saat aku terlelap, kau akan dengan sabarnya merangkulku lembut. Dan
menyampirkan jaketmu ke tubuhku. “Biar anget”, katamu. Karena kau tahu saat itu
aku sedang lupa membawa jaketku. Dan begitu seterusnya secara bergantian hingga
kita sampai.
Ketahuilah,
Tuan. Bahwa saat-saat bahagia seperti itu sangat sulit untuk dapat terulang
kedua kalinya. “Setahun sekali”, katamu. Nikmati, jalani, dan syukuri.
Tuan,
harapanku sederhana saja. Pertahankan rasamu. Jaga aku, dan selalu utarakan
segala kepadaku.
“Nikmatilah
masa muda kita”, katamu. Lakukan semua hal yang kau mau, bebas, dan tak
terbatas.
Didedikasikan
untuk MDS
Oleh : SAM98 (Selasa, 09 Juni 2015)
0 komentar:
Posting Komentar