Malang, 09 Mei 2015…
Teruntuk hari Sabtu ceria, yang akan sangat berkesan
nantinya. Dari seorang biasa, yang sulit dalam mengungkapkan perasaannya secara
langsung. Karena Ia hanyalah seorang penyair biasa, yang menuliskan segala
curahannya melalui perantara kata.
Hai kau, pemuda yang ada di sebelah sana. Kau yang datang
dari Gedung Timur, mencari sebuah pencarian di Gedung Barat. Dan masa pencarianmu
akhirnya telah menemui titik terang. Ketika semua rahasia itu pecah seketika
tapat di hari sabtu. Laksana gunung yang memuntapkan segala luapannya tepat
kepada semua sasaran yang dituju.
Aku, sangat bertetima kasih sekali atas limpahan itu. Deras
dan melinpah ke seluruh penjuru ku. Asal kau tahu, hari itu adalah harimu. Karena
sabtu itu adalah harimu, maka sabtu itu jua merupakan hariku. Maka anggap saja,
saat itu adalah hari kita berdua dalam bersama.
Mengagumimu yang tak kunjung ku tahu alasannya. Dan tidak
jua dapat kumengerti mengapa.
Sabtu itu, ketika kita sedang terduduk dalam sebuah
bangku yang sama. Menghabiskan sisa-sisa penantian yang sebenarnya aku dan kamu
pun saling menunggunya. Kita sama-sama saling menanti, namun tak juga ada yang
tahu.
Atmosphere kegembiraan yang kau bangun membuatku tidak
merasakan kebosanan yang berarti. Saat itu, aku masih saja tidak berani menatap
matamu lekat. Hanya sebatas sekilas pandang seorang wanita kpada prianya. Maka anggap
saja kemauan itu berbalut dengan rasa malu yang tak kunjugn reda.
Cinta, percayalah kala itu aku begitu bahagia. Karena lama
tak bersua, denganmu kesatria jiwa. Dimana ia yang akan selalu menjaga,
kepunyaannya yang memang sepatutnya ia jaga. Dan pada santu itu, Ia dapat
membuktikannya dengan berbagai bukti yang ada.
Satu kabar yang ku terima pada sabtu itu, aku menyebutnya
dengan ‘Glory Saturday’. Menang dari penantian panjang yang kita masing-masing.
Waktu tidak terasa indahnya, Duhai Sang Pujangga.
Didedikasikan untuk MDS
Oleh
: SAM98 (Malang, Sabtu 09 Mei 2015)