Rabu, 05 Agustus 2015

Aku, Kamu, dan Kita


Teruntuk pria muda yang telah berhasil memasuki benteng pertahanan seorang wanita yang sedang mencari jari dirinya. Tuan, entah akan aku beri judul apa secarik kertas ini nantinya. Bahkan aku pun masih ragu akan kuapakan selembar tulisan bodoh ini.  Akan kuberikan kepadamu kah ?? ah tidak, jangan aneh-aneh Sofia. Aku masihi terlampau malu untuk memberikan ini kepadamu. Nyaliku masih beum terkumpul cukup banyak untuk menjawab berbagai pertanyaan konyol yang nanti pasti akan keluar dari usilnya dirimu.
Seperti biasalah, mungkin aku hanya akan menyimpan rapi di dalam draft sebagai koleksi pribadiku bersama dengan koleksi yang lain. Atau jika sempat akau akan mengetiknya dan akan aku posting dalam blog pribadiku, sembari sedikit berharap bahwa nantinya kau akan mampir barang sebentar ke halamanku itu, membacanya, menanggapinya, membalasnya, dan ... Ah Sudahlah...
Hingga akhirnya aku memutuskan memilih judul ini, karena aku rasa hanya inilah hal yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana kita yang sebenarnya. Aku, adalah aku. Bukan kamu. Sedang kamu, adalah dirimu sendiri. Apa adanya kamu, bukan ada apanya kamu dari orang lain. Hingga dapat terbentuk kata kita yang merupan wujud kesatuan dari aku dan kamu :3
            Tuan, selama ini kita sama-sama mempunyai kesibukan yang tidak pernah bisa untuk kita tinggalkan. Aku dengan padatnya jadwal latihan debat, sedang kamu dengan padatnya rapat osis rutin seperti biasa. Kita sama-sama terikat oleh tanggung jawab yang memang telah sepatutnya kita jalani sebelumnya. Dan hanya dengan bertukar pikiranlah yang dapat kita lakukan sebagai langkah jitu dalam mengusir kebodohan kita masing-masing selama ini. Guna membangun atmosphere baru yang sedikit lebih berbeda. “Biar tetep sweetlah”, Katamu.
            Aku masih ingat kata-kata itu, kalimat yang kau kirimkan lewat pesan singkat untuk pertaman kalinya. Dan selanjutnya selalu kau ucapkan kepadaku sebagai rayuan manjamu ketika aku mulai protes akan kejarangan pertemuan kita. Selamat Tuan, karena kau berhasil menhadapai seorang Sofia yang keras kepala ini. Kau itu selalu selalu dan selalu tahu kapan saja aku mulai marah (meskipun itu bukan karenamu). Dan sekali lagi kau juga selalu berhasil merajuk dan menghiburku di sela-sela tumpukan tugasmu itu
            Atau dengan mendengarkan celotehmu melalui telfon, kamu bercanda dan bergurau. Lantas tawa pun pecah, lintas melalui bias suara. Sederhana memang, hanya berbatas pada pesan singkat atau sambungan telefon. Namun sering kali membuatku melambung sendiri. Huuuft :Ddasar Pacar :* ({})
            Tuan, aku begitu menikmati saat-saat dimana kita jalan berdua kala itu. Ya memang hanya kita berdua yang mengetahuinya. Hanya kita. Ekspedisi pertama kita lakukan adalah berkunjung ke Perpustakaan Umum Kota Malang. Kua yang saat itu sedang sakit, merelakan dirimu untuk tetap pergi ke sana hanya untuk bertemu denganku. Katamu, obat dokter tidak mempan tanpa melihatku (Gombal). Begitu semangatnya dirimu kala itu, sehingga tanpa kau sadari aku pun juga mengetahui bahwa kau sedang menutupi rasa sakitmu itu. Aku pun hanyabersikap biasa . atau lebih tepatnya kikuk di depanmu. Benarsaja, karena memang ini adalah kali pertama jalan-jalan kita. “Launcing Perdana”, katamu. Kau yang memang dasar berkulit gelap ditambah dengan kondisimu yang sedang kurang fit. Membuat mukamu memerah seperti kepiting rebus. “Alergi Seafood”, Katamu. Badanmu saja masih panas saat itu. Berjalan cukup jauh dari tempat angkutang kota menuju PU Kota malang. Kasih sekali, tapi mau bagaimana lagi. Memang dasar kau keras kepala.
            Satu rahasia yang hingga kini belum kau ketahui. Apakah itu ?? masker. Terdapat sebuah rahasia besar di balik keberadaan masker tersebut. Tuan, masih ingat dengan masker yang kerap kali kugunakan kala ku bertemu denganmu ?? kau pernah bertanya kenapa aku mengenaka masker itu setiap waktu ?? dan aku menjawabnya lantang, bahwa aku menutupi asap rokok dari pengemudi di dalam angkot. Dan kau juga mengiyakannya begitu saja. Syukurlaaah, karena memang itu adalah aliby ku terhadapmu. Karena aku masih suka dag-dig-dug hingga senyum-seyum sendiri saat aku berada di dekatmu. Jadi aku akan menutupi senyuman itu agar kau tidak dapat melihatnya. Bsan dengan suasana perpustakaan, kau meminta kita untuk turun ke lobby bagian bawah. Kita duduk santai di sana, bercengkrama, sambil menikmati minuman yang kau beli sepasang untuk kau dan aku. Aku selalu memintamu untuk bercerita banyak mengenai tempat asalmu, Bogor, Jawa Barat.
            Ku perhatikan benar, karena memang ini adalah pengalaman unik dari Sang Empunya langsung. Kau bercerita banyak, banyak sekali. Tentang sekolahmu, tentang rumahmu, kampung halamanmu, tentang keluargamu, tentang beasiswamu, dan berbagai cerita lucu darimu. Sebut saja Kota Ciawi, sebagai tempat kelahiranmu. Kamu menjelaskan bahwa tiada hari tanpa Hujan. Baik itu selepas sekolah, atau pun saat berangkat di pagi hari. Cuaca yang diprediksi akan berlangsung cerah dengan suhu di atas rata-rata, akan seketika berubah menjadi hujan berawan. Walaupun itu hanya sekedar gerimis rintaik-rintik.
Atau pun tentang keluargamu, kamu yang memang sebagai Putra pertama dengan 2 adik kecil. Dengan Mamah sebagai Ibu rumah tangga dan ayah sebagai pekerja meubeuler di Bali. Hanya bertemu dengan ayah beberapa bulan sekali ketika ia sedang libur. Sebagai putra tertua dalam keluarga Supriadi, membuatmu harus berfikir jauh ke depan. Oleh karenanya kamu berjuang untuk mendapatkan beasiswa itu “Untuk meringankan beban orang tua”, katamu.
Di sini kamu mendapatkan full beasiswa berasrama, mulai dari biaya sekolah, SPP dan SBPP, uang gedung, biaya penginapan, uang makan, hingga uang jajan pun perbulannya kamu dapatkan. Sunggauh beruntungnya kamu, dan setelah itu kamu harus melakukan masa bhakti kerja di perusahaan percetakan tersebut selama 4 tahu masa kontak. Tuan, masa depanmu sudah tertata rapi, telah tergambar dengan jelas, terukir dengan indahnya. Tinggal dijalani, dinikmati, dan disyukri adanya.
Aku masih ingat, kala itu kau membelikanku sebatang coklat besar yang teramat aku sukai. “Baru gajian”, katamu. Memang awal bulan kamu selalu mentraktir kawan-kawanmu, menunjukkan bahwa kamu tidak pernah pelit terhadap sesamamu. Kamu begitu dermawan, dan itu yang membuatku menyukaimu. Atau saat kamu berpamitan akan membeli makanan burung di pasar, tanpa pernah diduga kamu juga membelikanmu sebatang bunga. Bukan bunga sembarang bunga, bukan bunga mawar merah yang biasanya diberikan seseorang kepada orang yang di kasihinya. Tetapi bunga yang berwarna orange, apa pun itu namanya. Dan melalui hal itu aku baru mengetahui bahwa kamu begitu menyukai warna orange.
Tuan, tak pernah bosan aku mengingatkanmu untuk tidak sering-sering memberiku hadiah. Karena memang aku sangat mengetahui kondisimu, sebagai anak kost yang jauh dari orang tua dan harus mengatur kehiduan sendiri. Sungkan rasanya untuk menerima semua pemberian darimu. Tapi kamu justru bersikeras berdalih bahwa kau justru akan marah jika aku menolaknya. Katamu, ini adalah salah satu caramu dalam belajar mengatur keuangan. Manajement, seperti apa yang ingin kau geluti setelah ini.
Ahahaha J tak jarang kamu akan kehabisan uang pada akhir bulan. Alhasil, kamu pun harus menunggu kiriman pulsa dari orang tua mu. Atau jika tidak, kita akan berhenti dalam berkomunikasi. Tahu kah kamu, rasanya tak berSMS denganmu dalam sehari saja sepi. Kontakku tak lagi berbunyi nyaring karena nada dering yang terus menerus menginginkan aku untuk membalasnya. Mungkin sedikit berlebihan jika aku mengatakan sehari akan serasa seperti seminggu, seminggu akan serasa seperti sebulan, dan seterusnya. Namun memang seperti itulah adanya.
Seperti saat itu misalkan, aku sedang mengikuti suatu perlombaan di luar kota. Aku terpaksa harus menanggalkan HP barang sejenak untuk tidak menerima berbagai bentuk komunikasi dari orang lain, termasuk kamu. Mungkin hanya seminggu namun terasa lama sekali. Belum lagi waktu itu kamu juga sedang mengikuti perkemahan pramuka, juga membuatmu harus meninggalkan komunikasi denganku. Tuan, percayalah kala itu aku sangat merindukanmu. Lantas selepas itu, kita akan bertelefon selama yang kita bisa. Hingga kita mulai lelah sendiri-sendiri.
Selagi kau bercerita, aku malah asyik memperhatikanmu. Masih dengan senyuman yang kusimpan di balik masker baruku waktu itu. Semuanya terdengar menarik. Satu cerita yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Tuan, katamu ini adalah kali pertama kau menginjakkan kaki di kantor ini. Setelah sekian lama kamu sering melewati jalan ini. Mungkin lebih tepatnya di Car Free Day. Rupanya kau melewatkan satu hal ini untuk kau singgahi. Padahal CFD tepat berada di depan kantor PU Kota Malang.
Berbicara mengenai Car Free Day, ternyata kau adalah tipikal pria yang cukup gemar berolahraga. “Bentuk tubuh yang ideal adalah harga mati bagi seorang laki-laki”, katamu. Apalagi otot, merupakan barang wajib yang mesti dipunyai oleh lelaki sejati. Harga diri katanya. Oleh karena itu, kau jug sering bercerita kepadaku bahwa di sana kerap kali kau melakukan olahraga ringan seperti Push up, sit up, back up, atau pun angkat barbel.
Sedang pada setiap minggunya, kau sempatkan barang sejenak untuk berlari-lari, jogging. Hasilnya pun tidak kalah mengecewakan, bentuk tubuhmu pun terbilang cukup proporsional. Seimbang antara tinggi badan dengan berat badan. Tapi kamu masih belum puas. Masih ada satu PR yang harus kau selesaikan, yakni membuat otot dada. Dari istilah sixpack, katanya kamu masih mempunyai fourpack. Sedang dua yang lainnya masih timbul tenggelam. XD Semangat, Tuan.
Jalan-jalan kedua kita, masih tak jauh-jauh dari Kantor Perpustakaan Umum Kota Malang. Yakni, Car Free Day. Apa yang kita lakukan di sana ?? Ya tentu saja berolahraga. Mengikuti senam SKJ bersama dengan yang lain, lalu berjalan-jalan mengitari jalan ijen. Huuuft... setelah penat berolahraga, kamu mengajakku untuk bersarapan bersama. Satu menu yang membuatmu penasaran, yaitu nasi jagung. Kita mampirlah ke warung nasi jagung dan dan makan ‘ngemper’ di pinggir jalan. Katamu, ini adalah kali pertamamu dalam mencoba menu makanan itu. Karena memang di Bogor tidak mengenal nasi jagung. “Rasanya lucu”, katamu.
Awas, Tuan. Nasi jagung itu kenyangnya lama. Bisa seharian kamu nggak makan. Dan benar saj, Tuanku belum habis saja telah mengeluh kekenyangan. Hahahah J dan setelahnya kita masih mengobrol ke sana kemari, membicarakan ini membicarakan itu, namanya juga anak muda.
Dalam perbincangan kita saat itu, kamu memperhatikan Museum Brawijaya yang sangat ingin kamu masuki. Katamu, kamu begitu penasaran dengan isi di dalamnya. Seperti apa dan bagaimana kah isinya ?? sepertinya menarik untuk dikunjungi. Aku menjanjikan satu hal. Bahwa suatu hari nanti, di saat kita sama-sama mempunyai waktu luang aku akan mengajakmu utnuk berkunjung ke sana. Dan kamu begitu senang. Kamu pun tak mau kalah, kamu juga menjanjikan akan membelikanku boneka di pasar jika uang jajanmu telah turun nanti J wkwkwk
Rupanya banyak sekali moment pertama yang kita lewati bersama. Seperti kamu dengan nasi jagungmu, dengan perpustakaan mu, atau mungkin berbagai moment pertama yang kau lewatkan denganku namun kau tak mau aku tahu. Sedang aku, adalahKali pertama juga dalam menjalin suatu hubungan di masa SMK ini. Ini juga untuk pertama kalinya aku dapat berjalan berdua dengan seorang pria, yaitu kamu. Ya hanya kamu. Terima kasih untuk moment-moment pertama ini, Tuan. Kata orang, sesuatu yang pertama tidak akan pernah bisa terlupa. Dan itu aku lewatkan bersamamu.
Tuan, aku menghargai kejujuranmu, dan aku menyukai itu. Mudah saja, semua yang mengawalinya dengan kejujuran akan berbuah kebaikan. Waktu itu untuk pertama kalinya aku berani mampir ke kediamanmu. Aku melihat kakakmu dengan asyiknya menghisap sebatang rokok dan mengebulkannya dengan santai. Sebuah pemandangan yangsangat asing bagiku. Saat aku mengkhawatirkan kondisimu di sana, dengan santainya kamu pun mengaku bahwa kau juga seorang pecandu. Sedikit berat.
Bahkan kau pun langsung memaparkan masa lalumu yang boleh dibilang cukup memprihatinkan. Sebagai seorang pemakai bahan kharam, narkoba, dan peminum minuman keras beralkohol. Kau menceritakan bahwa memang faktor lingkungan yang sempat membuatmu brutal. Faktor temanlah yang telah merusak semua itu. Untungnya kau berhasil tersadar dari keterpurukan itu, dan bangkit kembali menjadi pribadi yang lebih baik. Kamu lebih memilih untuk mengalah dan pergi, menjauh dari keramaian kampungmu. Guna serius menekuni bidangyang sedang kau geluti saat ini. Bersarang di Kota Pendidikandan berharap kelayakan penghidupan di masa yang akan datang.
Tuan, demiapapun kita tidak bisa meninggalkan begitusaja tugas kita masing-masing. Seperti apa yang telah kukatakan tadi. Bahwaini adalah konsekuensi. Semua, apapun yang kita ambil pasti memiliki resiko di baliknya. Di saat aku sedang kosong, kamu yangsedang Sibuk. Dan di saat aku sedang padat aktifitas, malah kamu yang sedang libur. Dan begitu seterusnya.
Lantas kapan kita bisa bertemu ?? Maka aku ambil jalan tenghnya Saja, yakni mengikutsertakan kamu di dalam kegiatanku. Seperti halnya beberapa waktu yang lalu. Kau kamu kumasukkan dalam kegiatan Forum Anak. Aku yang memang warga Blimbing raya, sedang kau adalah pendatang yang sedang menetap di Klojen. Jarak yang cukup jauh. Kusamarkan kamu sebagai saudaraku. Ahahah J ada-ada saja
Kamu yang memang dasar orang supel, mudah bergaul dengan banyak orang. Di sana kamu langsung saja ikut nimbrung bersama dengan kawan-kawanku. Aku turut senang, karena aku tidak perlu memperkenalkan dirimu kepada kawanku satu per satu. Kamu langsung mendapatkan kawan baru di sana.
Sepertinya langkah ini cukup efektif untuk menbah jadwal pertemuan kita. Setali tiga uang dengan caraku kemarin. Tempo hari kamu juga memasukkan ku ke dalam kepengurusan koperasi sekolah. Kamu yang memang sangat aktif berorganisasi memasukkanku ke daftar nama. Memang aku sangat mengincar posisi itu. Dan kamu sepertinya juga cukup paham dengan kondisiku. Aku yang kini telah dipadatkan dengan jadwal ekskul, memaksaku untuk melepaskan beberapa organisasi sekolah yang sebenarnya sangat ingin aku ikuti. Dan kau berpendapat bahwa koperasi adalah pilihan yang tepat untuk masalahku saat ini. Dimana koperasi sekolah masih terhitung sebagai organisasi inti di sekolah. Namun kegiatannya tidak terlalu banyak. Sangat cocok denganku, dan aku setuju akan hal itu. Terima kasih, Tuan.
Oh iyah, akubaru ingat bahwa dulu kamu juga sempat satu ekskul denganku. Yakni Debat Bahasa Inggris. Namun kau lebih memilih untuk hengkang karena jadwal latihan yang selalu berbenturan dengan jadwal orientasi kepengurusan barumu. Yaaah, aku menghargai itu. Walaupun sebenarnya aku sangat menyayangkan hal itu. Karena kamu memiliki potensi di sini, hanya tinggal dikembangkan dan ditekuni saja.
Mungkin tujuan kita sama, yaitu ingin profesional di bidangnya. Tetapi jalan yang kita pilih terlampau berbeda. Hggg, semoga saja kita bisa mendapatkan kesuksesan di sisi kami masing-masing ;) amien
Satu hal yang perlu digarisbawahi yakni, keprofesionalitasan adalah prioritas utama dalam berorganisasi. Jadi jangan angap kami akan menyamakan kondisi kami ketika sedang di luar dan di dalam lapangan. Ketika sedang di luar, bolehlah kami sebagai pasangan.namun ketika di dalam, maka kami akan memerankan peran sebagai rekan kerja, tidak lebih. Prinsip seperti itulah yang kami tanamkan sejak awal ketika kami memilih untuk berorganisasi bersama. Karena memang aku tidak ingin mencederai esensi dari sebuah organisasi hanya karena sebuah hubungan belaka.
Tuan, suatu hari kamu memintaku untuk membuatkanmu sebuha origami pada selembar kertas, sisa coretan matematikamu. Aku pun mau. Aku buatkan dirimu sebuah burung kertas. Burung origami khas Negeri Matahari Terbit yang dipercaya akan membawa keberuntungan. Di sana, pada tempat asalnya, setiap tahunnya selalu diperingati Festival Burung Origami. Dimana setiap keluarga akan membuat 1000  buah burung origami. Digantungnya burung itu dalam sebuah rangkaian tirai, selama beberapa hari. Lantas kemudia burung itu akan diterbangkan bersama-sama. Hal ini dipercaya dapat mengabulkan segala permintaan si pembuatnya.
Dan kau pun menerimanya, katamu kau akan menyimpan baik-baik burung itu. Nanti jika pada saatnya datang waktu Purna Widya, maka kau akan mengembalikan burung itu lagi. Dan aku harus melihat pesan yang kau tulis di dalmnya. Wow !!
Lembut sekali kata-kata itu. Tak lupa aku pun membubuhkan tanda tangan dan nama penaku pada sayap kanan burung kertas itu. Dan kau juga menuangkan nama indahmu pada bagian punggung burung origami itu lantas kau melipat rapi burung itu sambil mempertegas lekukannya. Dengan bantuan dari drawing pen kepunyaan mu, lalu kau menambahkan goresan mata dan mulut pada lipatan atas burung itu. Tuan, akan kutagih janjimu itu. Masih kah kau menyimpan burung origamiku itu ??
Bahkan di saat yang teramat bahagia untuk kita saat ini, pun masih tidak dapat kita ikuti sebagaimana mestinya. Sekarang, 9 Juni 2015. Bertepatan dengan Anniversary hari jadi kita, kita masih saja diliputi oleh kesibukan yang teramat luar biasa. Bagaimana tidak, Deadline Jambore Koperasi sudah menanti. Dengan berbagai tugas yang ada, kita harus tetap memenuhi kewajiban yang kita emban sembari mengikuti ujian akhir.
Huuuft T_T lelah sekali, bahkan aku saja hampir lupa bahwa saat itu adalah hari yang teramat istimewa. Tidak ada ritual khusus yang kita lakukan saat itu. Karena memang kita yang tidak sempat berfikir yang lain di luar jambore koperasi.
Tetapi terjadi hal yang luar biasa di luar dugaan kita sendiri. Apakah itu ?? asyiknya kepergian kita ke Kota Ronggolawe, Tuban, Jawa Timur. Itu adalah kado spesial Anniversary kita. Aku masih ingat, dan bis kecil itu adalah saksi bisunya. Dialah yang mengantarkan seluruh rombongan menjauh pergi dari Kota Malang. Di saat semua teman-teman duduk berkelompok dengan yang lain, atau duduk sendiri dengan tas mereka masing-masing. Maka kami pun lebih memilih untuk duduk berdua di tengah-tengah, menjauh dari keramaian. Saling bergelut, dan menciptakan dunia kami sendiri. “Ini adalah hadiah Annive kita”, katamu. Dan aku pun mengiyakan sambil tersenyum malu, tersipu.
Kau lebih memilih untuk duduk sebangku denganku. Berpisah dari teman-temanmu. Dan sebatang coklat pun menjadi teman kita selama di perjalanan. Tak banyak yang dapat kita lakukan saat itu. Karena memang kita telah terlampau lelah dengan hal-hal yang lain. Maka kita pun hanya bisa tertidur pulas dalam dekapan kita masing-masing. Jika kau tertidur, kama kau akan bersandar di atas pundakku. Pulas dengan genggaman tangan tang kau gayutkan erat dan tak ingin lepas. Sedang saat aku terlelap, kau akan dengan sabarnya merangkulku lembut. Dan menyampirkan jaketmu ke tubuhku. “Biar anget”, katamu. Karena kau tahu saat itu aku sedang lupa membawa jaketku. Dan begitu seterusnya secara bergantian hingga kita sampai.
Ketahuilah, Tuan. Bahwa saat-saat bahagia seperti itu sangat sulit untuk dapat terulang kedua kalinya. “Setahun sekali”, katamu. Nikmati, jalani, dan syukuri.
Tuan, harapanku sederhana saja. Pertahankan rasamu. Jaga aku, dan selalu utarakan segala kepadaku.
“Nikmatilah masa muda kita”, katamu. Lakukan semua hal yang kau mau, bebas, dan tak terbatas.

Didedikasikan untuk MDS

Oleh : SAM98 (Selasa, 09 Juni 2015)

0 komentar:

Posting Komentar